TOKYO. Pergerakan euro menuju pelemahan mingguan pada akhir pekan (1/3). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.55 waktu Tokyo, euro menguat 0,1% menjadi US$ 1,3071. Kendati demikian, sepanjang pekan ini, euro sudah melemah sebesar 0,9%. Sementara, jika berhadapan dengan yen, euro menguat 0,1% menjadi 121,01 yen dan melemah 1,8% sejak 22 Februari lalu. Sedangkan yen tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 92,58 per dollar AS dari posisi kemarin 92,56 dan 93,42 pada pekan lalu. Pelemahan euro terjadi seiring prospek penurunan suku bunga di Eropa dan akan diteruskannya penggelontoran stimulus oleh bank sentral. Sekadar mengingatkan, pada pekan ini, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi bilang, Eropa masih jauh untuk meninggalkan kebijakan pelonggaran stimulus. Apalagi, data Februari menunjukkan, tingkat inflasi Eropa melambat. Hal ini tentunya semakin membuka ruang bagi bank sentral untuk melakukan pelonggaran kebijakan. "Setiap orang berpikir Eropa sudah aman. Namun, jika melihat data yang ada abelakangan, kondisinya tidak terlalu baik. Data manufaktur yang lemah akan terys menekan pergerakan euro," jelas Richard Breen, senior consultant Rochford Capital. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Eropa belum aman, euro masih melemah
TOKYO. Pergerakan euro menuju pelemahan mingguan pada akhir pekan (1/3). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.55 waktu Tokyo, euro menguat 0,1% menjadi US$ 1,3071. Kendati demikian, sepanjang pekan ini, euro sudah melemah sebesar 0,9%. Sementara, jika berhadapan dengan yen, euro menguat 0,1% menjadi 121,01 yen dan melemah 1,8% sejak 22 Februari lalu. Sedangkan yen tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 92,58 per dollar AS dari posisi kemarin 92,56 dan 93,42 pada pekan lalu. Pelemahan euro terjadi seiring prospek penurunan suku bunga di Eropa dan akan diteruskannya penggelontoran stimulus oleh bank sentral. Sekadar mengingatkan, pada pekan ini, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi bilang, Eropa masih jauh untuk meninggalkan kebijakan pelonggaran stimulus. Apalagi, data Februari menunjukkan, tingkat inflasi Eropa melambat. Hal ini tentunya semakin membuka ruang bagi bank sentral untuk melakukan pelonggaran kebijakan. "Setiap orang berpikir Eropa sudah aman. Namun, jika melihat data yang ada abelakangan, kondisinya tidak terlalu baik. Data manufaktur yang lemah akan terys menekan pergerakan euro," jelas Richard Breen, senior consultant Rochford Capital. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News