Pelaku pasar cemas setelah partai pimpinan Francois Hollande memenangkan pemilihan umum di Prancis. Indeks Nikkei 225 ditutup melorot 2,78% ke level 9.119,14 dibandingkan penutupan Rabu (2/5). Indeks Kospi juga turun 1,64 % ke level 1.956,44 dibandingkan penutupan Jumat (4/5) lalu. Catatan saja, indeks Nikkei dan Kospi pada tanggal 3 Mei dan 4 Mei diliburkan untuk menyambut Hari Waisak. Situasi yang sama terjadi di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 30 poin ke level 13.008, 5 dari 13.038,3 pada saat penutupan pasar Senin (7/5). Tak ketinggalan di pasar uang. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 07.35 waktu Tokyo, nilai tukar euro melemah ke posisi US$ 1,2955 sehari setelah pemilu di Prancis. Bila dihitung secara mingguan, euro mengalami pelemahan sebesar 1,3%. Ini pelemahan terbesar sejak 6 April 2012 lalu.
Yunani keluar zona Eropa? Hasil riset Citigroup pada 7 Mei 2012 lalu menunjukkan, peluang Yunani keluar dari zona Eropa sebesar 50% hingga 75% dalam waktu 12 bulan hingga 18 bulan ke depan. Citigroup melihat tidak ada tanda-tanda pemerintahan yang baru berkomitmen melaksanakan program penghematan yang telah disepakati. Sementara, Global Head of FX Strategy National Australia Bank di London, Nick Parsons, memperkirakan kemungkinan Yunani keluar dari Eropa sebesar 60%. Dia meramalkan, ada peningkatan suara bagi partai yang anti penghematan dalam pemilu kedua nanti. Nah, bagi investor, Nick berharap supaya bersabar. Dia memperkirakan, pasar akan kembali bullish bila sudah ada kepastian apa yang akan dilakukan oleh Yunani. “Keluarnya Yunani tidak akan mengakhiri Eropa tetapi awal bagi pembaharuan komitmen untuk menguatkan kembali yang telah telah ditinggalkan sebelumnya,” katanya seperti dikutip dari The Wall Street Journal. Para ekonom sendiri terbelah mengenai dampak bila Yunani keluar dari Eropa. Banyak yang berpendapat, konsekuensi Yunani keluar akan sangat berdampak buruk bagi ekonomi Eropa. “Akibat Yunani keluar dari zona Eropa akan lebih serius dari seluruh negara Eropa lainnya,” kata anggota Dewan ECB Jens Weidmann. Sebagian lagi menilai, Yunani akan menjadi eksportir yang sangat kompetitif dengan keluar dari zona Eropa. Sebab, negeri ini tak lagi bergantung pada nilai tukar mata uang euro. Mereka berpendapat, Yunani bisa menjadi tempat wisata yang sangat murah. Namun ekonom meragukan apakah negara Eropa lainnya bersedia menalangi kembali Yunani bila keluar dari zona Eropa. Ini artinya negeri tersebut masih berlumuran utang. Negeri tersebut juga harus mengimpor barang dengan harga lebih mahal. Warga Yunani juga akan terdorong mencari pekerjaan di luar negeri lantaran upah di dalam negeri sangat rendah. Bila ini terjadi, ekonom memperkirakan upaya pemulihan Yunani bakal berlangsung lama. Para petinggi Eropa dan bank sentral Eropa (ECB) sudah berupaya membujuk Yunani supaya tidak keluar dari zona Eropa. Mereka meminta Yunani memegang teguh komitmen dan perjanjian yang telah diteken ketika memperoleh dana talangan dari Eropa. Bila Yunani tetap menolak, Merkel dan Hollande tampaknya harus tetap bekerja keras menyelamatkan ekonomi Benua Biru tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News“Keluarnya Yunani tidak akan mengakhiri Eropa tetapi awal bagi pembaharuan komitmen untuk menguatkan kembali yang telah telah ditinggalkan sebelumnya,” kata Nick.