Eropa Tetap Harus Fokus Penghematan



AIX EN PROVENCE. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet menekan negara-negara Eropa agar meneruskan upaya pemangkasan defisit anggaran. Langkah ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan kepercayaan konsumen dan investor.

Trichet menegaskan, saat ini merupakan periode untuk mengatur anggaran dengan ketat. "Tidak ada masalah dengan penghematan dan saya lebih suka mengatakan ini adalah manajemen anggaran yang baik," ujarnya, Senin (5/7).

Sekadar informasi, Goldman Sachs Inc dan BNP Paribas SA memangkas proyeksi pertumbuhan Eropa sebagai respon atas pemotongan belanja dan kenaikan pajak di negara-negara benua biru itu. Trichet menegaskan, pengurangan defisit tidak akan berdampak negatif pada pertumbuhan.


Kalau negara-negara Eropa tidak berhasil menyehatkan keuangannya, pemulihan ekonomi di kawasan itu bakal terganggu. Menurut Trichet, kunci pertumbuhan itu kepercayaan. "Kalau kita tidak memilikinya dalam kebijakan fiskal yang baik dan berkelanjutan, tak akan ada pertumbuhan. Ini dua hal yang saling melengkapi," terang Trichet.

Beberapa negara Eropa makin serius menyusun program penghematan anggaran. Salah satunya, Inggris yang mengajukan proposal pemangkasan bujet dan kenaikan pajak senilai £ 113 miliar atau sekitar US$ 172 miliar. Kabar terakhir, anggaran setiap departemen bakal terpangkas sampai 40%.

Sejatinya, Pemerintah Inggris meminta penghematan di tiap departemen rata-rata 25%. "Kami akan memangkas anggaran hingga 40%. Di beberapa departemen, pemangkasan kurang dari 40%, tapi tetap lebih besar dari 25%," ujar Philip Hammond, Sekretaris Departemen Transportasi Inggris.

Tidak hanya Inggris, Jerman juga berencana memangkas utang antara € 80 miliar hingga US$ 100 miliar dalam lima tahun ke depan. Untuk memperbaiki rasio utang, Jerman juga akan mengurangi penerbitan surat utang hingga € 34 miliar dalam dua tahun mendatang. Pemerintah federal juga mengumumkan pemangkasan anggaran hingga € 307,4 miliar tahun depan.

Penjualan ritel naik

Meski situasi ekonomi Eropa dinilai mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan, penjualan ritel di 16 negara anggota Uni Eropa di Mei 2010 naik 0,2%. Hal ini terpicu meningkatnya belanja rumah tangga di Jerman, Perancis, dan Spanyol.

Biro Statistik Uni Eropa, Senin (5/7) bilang, angka ini jauh lebih baik ketimbang penjualan ritel bulan April yang justru turun 0,9%. Meski naik, namun konsumen Eropa masih tetap menahan belanja mereka untuk beberapa bulan kedepan, mengingat angka pengangguran Eropa di bulan Mei masih berada di level tertinggi dalam 12 tahun terakhir.

Kondisi ini memaksa pemerintah di beberapa negara Eropa tetap mengetatkan anggaran mereka. Kenaikan angka penjualan ritel yang lebih tinggi dicatatkan 27 negara Eropa, yakni sebesar 0,4%. Di Jerman, angka penjualan ritel bulan Mei naik 0,4%, Spanyol meningkat sekitar 0,3%, dan Perancis melonjak sebesar 0,2%.

Editor: Test Test