JAKARTA. Wakil Menteri (wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral, Susilo Siswoutomo mengatakan, saat ini pemerintah tengah membahas harga jual bahan bakar gas (BBG) dengan pemangku kepentingan. "Masalah harga sedang dihitung dengan BAPPENAS, harga yang pas itu berapa," kata Susilo, di Jakarta, Kamis (27/3). Hal itu dilakukan untuk mendorong percepatan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke BBG, sehingga diharapkan dapat menekan impor. Selain itu, dia juga mengatakan, penggunaan gas akan membuat biaya transportasi lebih hemat. "Hanya traumanya, masyarakat belum melihat SPBG di mana. Masyarakat khawatir gasnya ada apa enggak, ini kita jamin gas nya ada," imbuh Susilo. Dari sisi pelaku usaha, harga yang menarik tentu akan membantu membentuk pasar. Demikian juga dengan ketersediaannya. Saat ini harga BBG masih sangat murah, Rp 3.100 per liter setara premium (LSP). "Rata-rata, dimana-mana, harga BBG itu 65-70% daripada harga minyak non subsidi, seperti Thailand," pungkasnya. Jika benar harga BBG akan ditetapkan sebesar 65%-70%, itu artinya harganya akan berkisar Rp 7.000- Rp 8.000. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan pengusaha yang hanya sekitar Rp 4.500 per liter setara premium (LSP). (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ESDM: Harga BBG itu 65-70% dari minyak non subsidi
JAKARTA. Wakil Menteri (wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral, Susilo Siswoutomo mengatakan, saat ini pemerintah tengah membahas harga jual bahan bakar gas (BBG) dengan pemangku kepentingan. "Masalah harga sedang dihitung dengan BAPPENAS, harga yang pas itu berapa," kata Susilo, di Jakarta, Kamis (27/3). Hal itu dilakukan untuk mendorong percepatan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke BBG, sehingga diharapkan dapat menekan impor. Selain itu, dia juga mengatakan, penggunaan gas akan membuat biaya transportasi lebih hemat. "Hanya traumanya, masyarakat belum melihat SPBG di mana. Masyarakat khawatir gasnya ada apa enggak, ini kita jamin gas nya ada," imbuh Susilo. Dari sisi pelaku usaha, harga yang menarik tentu akan membantu membentuk pasar. Demikian juga dengan ketersediaannya. Saat ini harga BBG masih sangat murah, Rp 3.100 per liter setara premium (LSP). "Rata-rata, dimana-mana, harga BBG itu 65-70% daripada harga minyak non subsidi, seperti Thailand," pungkasnya. Jika benar harga BBG akan ditetapkan sebesar 65%-70%, itu artinya harganya akan berkisar Rp 7.000- Rp 8.000. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan pengusaha yang hanya sekitar Rp 4.500 per liter setara premium (LSP). (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News