ESDM: Pembangkit EBT butuh Rp 1.600 triliun



JAKARTA. Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) memperkirakan kebutuhan investasi pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) selama 10 tahun ke depan atau periode 2016 hingga 2025 mencapai Rp 1.600 triliun.

Data Kementerian ESDM menunjukkan, nilai investasi tersebut untuk membangun pembangkit listrik EBT sebesar 36.300 Megawatt (MW) dalam 10 tahun atau 3.630 MW per tahun hingga 2025. Dengan angka-angka tersebut, kebutuhan investasi pembangkit EBT rata-rata adalah Rp 44 miliar atau 3,4 juta dolar AS per MW.

Sesuai rencana umum energi nasional (RUEN), porsi bauran energi pada 2025 untuk EBT ditargetkan sebesar 23%, lalu batubara 30%, minyak 25%, dan gas 22%.


Saat ini atau sampai tahun 2016, porsi bauran energi adalah EBT 10%, batubara 33%, minyak 35%, dan gas 21%.

Dari target bauran pada 2025 tersebut, pembangkit EBT ditargetkan mencapai 45.128 MW atau meningkat 34.562 MW dari posisi saat ini sebesar 10.566 MW.

Konfigurasi pembangkit EBT 45.128 MW itu terdiri atas pembangkit tenaga air 20.960 MW, panas bumi 7.241 MW, surya 6.500 MW, biomassa 5.500 MW, bayu 1.799 MW, dan lainnya 3.128 MW.

Sementara, konfigurasi pembangkit EBT pada 2016 yakni, tenaga air 5.139 MW, panas bumi 1.654 MW, surya 108 MW, biomassa 1.801 MW, bayu 4 MW, dan lainnya 1.860 MW.

Sesuai data tersebut, strategi untuk mencapai target pembangkit EBT pada 2025 sebesar 45.128 MW antara lain penyederhanaan perizinan, penyediaan insentif, pembaharuan data potensi EBT, penggalakan kampanye hemat energi, dan peningkatan koordinasi baik pusat maupun daerah. (Kelik Dewanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini