ESDM: Pertamina, pikir dulu sebelum ambil TPPI



JAKARTA. Pengambilalihan saham kilang milik PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan Pertamina masih belum final. Hingga saat ini, Pertamina belum resmi mengelola kilang dengan kapasitas sebesar 100.000 barel per hari itu.

Naryanto Wagimin, Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyatakan siapa pun pengelola kilang TPPI di Tuban tidak menjadi masalah. Ia bilang justru saat ini yang menjadi persoalan adalah pengoperasian kilang TPPI masih belum maksimal.

Pengelola terdahulunya, yakni PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) saja masih belum bisa membayar utang minyak mentah (kondesat) kepada pemerintah.


"Produk kilang TPPI itu pada akhirnya kan dijual ke dalam negeri juga, siapa pun operatornya dibetulkan dulu produksi kilangnya, " kata Naryanto, Kamis (3/4). Menurutnya, jika Pertamina ingin ambil alih kilang tersebut, maka utang TPPI tetap harus dibayar. Pemerintah, lanjut Naryanto, belum tentu mau membayar utang tersebut lantaran kapasitas kilang hanya 100 ribu barel per hari, dan itu tidak ekonomis.

"Hutangnya siapa yang bayar, pemerintah belum tentu mau. Kalau saya jadi Pertamina, saya pikir-pikir dulu mau ambil atau tidak, karena ada utang tadi. Tapi kalau diambil pemerintah tanpa syarat, ya bagus. Kemudian ganti manajemen baru, " kata Naryanto.

Namun, menurut Naryanto itu merupakan keputusan antar perusahaan (business to business), maka penyelesaiannya itu tergantung kesepakatan bersama.

Asal tahu saja, kilang yang berlokasi di Jawa Timur tersebut memberhentikan produksinya sejak 2011 lalu. Pertamina sudah berencana mengambil alih kilang TPPI sejak Oktober 2012 dan membantu TPPI yang terbelit masalah utang.Pertamina memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengolah kondensat di kilang, yang pada akhirnya upah tersebut untuk membayar utang.

Pertamina ingin memiliki saham di kilang tersebut sebesar 26% dan kini Pertamina ingin menjadi pemilik saham mayoritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan