KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mengejar target produksi migas pada tahun 2025. Dalam Rapat Kerja Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (27/8),
lifting migas disepakati sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (
barrels oil equivalent per day/ BOEPD). Jika dirinci, lifting minyak sebesar 605 ribu barel per hari (BOPD) dan lifting gas bumi sebesar 1.005 ribu BOEPD. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Kementerian ESDM berkomitmen untuk mencapai meningkatkan kinerja produksi dan l
ifting migas di tahun depan.
"Sebagai Menteri ESDM yang baru saya berkomitmen untuk mencapai target tersebut. Kami akan mendorong reaktivasi sumur lapangan minyak idle dengan SKK Migas dan KKKS. Kemudian mendorong intervensi teknologi," kata Bahlil, Selasa (27/8).
Baca Juga: Menteri ESDM Optimistis Target Gas Bumi di RAPBN 2025 Bisa Tercapai Bahlil melanjutkan, Kementerian ESDM dan SKK Migas akan berupaya mendorong terlaksananya sejumlah proyek minyak baru untuk dapat segera berproduksi. Strategi lainnya yakni dengan memfokuskan kegiatan produksi pada sejumlah lapangan migas yang selama ini menjadi penopang produksi seperti Pertamina Hulu Rokan, Exxonmobil Cepu Ltd, Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi dan Medco. Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto mengatakan, berbagai strategi tersebut akan dijalankan dimana untuk reaktivasi sumur idle saat ini telah ada kordinasi teknis antara Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina. "Lapangan/sumur yang tadinya idle ini juga akan menjadi prioritas untuk dikerjakan sendiri, atau dikerjasamakan dengan mitra. Dalam hal kerjasama dengan mitra, Pemerintah akan mendukung Pertamina agar ketentuan dalam kerjasama antara Pertamina dengan mitra menjadi lebih menarik dan bisa dieksekusi lebih cepat, sehingga tambahan produksi bisa segera didapat," jelas Ariana pada Rabu (28/8). Ariana menambahkan, untuk intervensi teknologi saat ini perusahaan migas China yakni Sinopec direncanakan akan terlibat dalam 5 lapangan Pertamina dengan teknologi peningkatan produksi. "Hari ini, tim teknis dari ESDM, SKK Migas dan Pertamina sedang di China untuk evaluasi teknis penerapan teknologi tersebut di lapangan di China. Selanjutnya, awal September Tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk pejajakan teknologi tersebut ke 5 lapangan Pertamina," sambung Ariana. Dukungan lainnya diberikan Kementerian ESDM dari sisi regulasi melalui penerbitan Permen ESDM Nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Migas Gross Split yang baru. Beleid ini diyakini akan kian mendorong iklim investasi migas lebih positif. Terlebih, kehadiran beleid ini memberikan opsi fleksibilitas
gross split ke
cost recovery dimana beberapa blok migas sedang berproses.
Dukungan regulasi lainnya yakni melalui Kepmen ESDM 199/2021 terkait insentif hulu migas yang dinilai dapat memperbaiki keekonomian kontraktor agar lebih optimal. "Selain itu, lelang blok migas baru sekarang jauh lebih menarik. Bagi hasil migas untuk kontraktor saat ini bisa mencapai 50%. Dahulu hanya 15-30% saja. Pemerintah terus bergerak dan lebih terbuka untuk upaya optimalisasi produksi dan iklim investasi lebih menarik," pungkas Ariana.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Subsidi Energi Bisa Lebih Hemat Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati