Esensi Kolaborasi Penyediaan Energi Bersih di IKN



KONTAN.CO.ID - Paparan sinar matahari sepanjang tahun membuat Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Potensi itu diwujudkan PT PLN Nusantara Power lewat anak usahanya, PLN Nusantara Renewables, bersama perusahaan pengembang energi terbarukan asal Singapura, Sembcorp Industries. Kolaborasi menjadi jawaban tantangan pembiayaan dan teknologi energi bersih.

Lahan berbukit bekas hutan tanaman industri eukaliptus seluas 86 hektar dipilih menjadi lokasi PLTS IKN berkapasitas 50 megawatt (MW). Lokasinya berjarak sekitar 13 kilometer dari barat daya Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN yang jauh dari permukiman penduduk. Adapun proyek PLTS Itu dibangun secara bertahap sejak Mei 2023.

Untuk tahap I, terpasang 21.600 panel surya di atas lahan seluas 10 hektar, yang menghasilkan listrik berkapasitas 13,5 megawatt-peak (MWp)/10 MWac. Sejak Februari 2024, listrik dari PLTS terhubung dengan jaringan kelistrikan IKN, yang juga didukung pembangkit listrik lain di Kaltim.


Sementara tahap II ditargetkan rampung pada 22 November 2024 sehingga nantinya total kapasitas PLTS IKN menjadi 50 MW. PLTS tersebut dikelola oleh perusahaan patungan bernama PT Nusantara Sembcorp Solar Energy (NSSE). Untuk proyek tersebut, mereka menggalang investasi sekitar 60 juta dollar AS, dengan saham PLN NP sebesar 51 persen dan Sembcorp 49 persen.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PLN Nusantara Power (NP) Muhamad Reza mengatakan, investasi energi bersih krusial bagi Indonesia. Ini juga penting bagi PLN yang mendapat mandat pengadaan listrik dari energi terbarukan dari pemerintah.

Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang masih berlaku, Indonesia menargetkan pembangunan 20,9 gigawatt (GW) pembangkit listrik ramah lingkungan. Dengan angka tersebut, porsi energi terbarukan mencapai 51,6 persen pada 2030.

Dalam target itu, PLN NP, mendapatkan tugas untuk membangun 6,3 GW pembangkit energi terbarukan hingga 2030. Biaya yang dibutuhkan mencapai ratusan triliun rupiah dan tidak semuanya mampu dibiayai PLN sendiri. ”Itulah mengapa kami bermitra dengan perusahaan lainnya. Anggaran kami juga harus dioptimalkan,” ucap Reza di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Selama ini, pembiayaan menjadi tantangan dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, salah satunya karena memerlukan teknologi mutakhir. Melalui kerja sama investasi dengan perusahaan energi terbarukan di tingkat global, transfer pengetahuan dan keahlian juga didapat PLN dan Indonesia. Hal ini penting untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang keberlanjutan.

”Di proyek yang sudah berjalan, kami belajar cara mendapat pendanaan serta bergaul dengan komunitas finansial. Kemudian, memanajemen kepatuhan hukum dan sosial yang sangat ketat diatur untuk mendapatkan pendanaan tersebut,” kata Reza.

Head of Renewables (Singapore & Indonesia) Sembcorp Industries Jen Tan dalam wawancara tertulis mengatakan, Indonesia ialah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang diberkahi surya, angin, dan sumber daya alam melimpah. Hal itu membuat Indonesia memegang peranan penting dalam transisi energi global.

Sementara Sembcorp ialah pemain energi terbarukan terbesar di Singapura yang juga mengoperasikan sistem penyimpanan energi berbasis baterai terbesar di Asia Tenggara. ”Dengan modal kuat itu, kami memasuki pasar energi terbarukan Indonesia dengan ambisi untuk berkontribusi signifikan pada pembangunan kapasitas serta kemajuan sektor energi terbarukan di negara ini,” ujar Tan.

Kerja sama pun dijalin Sembcorp dengan PLN pada proyek PLTS dengan kapasitas 50 MW serta sistem penyimpanan energi berbasis baterai dengan kapasitas 14 megawatt-jam (MWh) di IKN. Di samping itu, kemitraan juga dilakukan dalam rangka studi pengembangan ekspor hidrogen hijau dari Indonesia ke Singapura, yang akan berkontribusi bagi ekonomi hijau di kawasan.

Sembcorp sendiri telah berinvestasi di Indonesia selama lebih dari 20 tahun. ”Kami mendukung pertumbuhan ekonomi negara ini dan menyumbangkan keahlian kami terkait energi terpadu dan manajemen perkotaan melalui berbagai proyek. Di antaranya ialah Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah yang juga didukung pemerintah serta mengimpor gas pipa dari West Natuna,” kata Tan.

”Dengan portofolio energi sebesar 21,2 GW, di mana 14,4 GW di antaranya berupa energi terbarukan yang tersebar di 10 negara, kami berkomitmen untuk mendukung tujuan serta transisi energi bersih di Indonesia,” ucap Tan.

Tersinari 12 jam

Pada Rabu (31/7/2024) siang, di tengah-tengah rimbunnya hutan eukaliptus, deretan panel surya menghampar di atas lahan terbuka seluas 10 hektar. Perlu upaya lebih serta kondisi kendaraan yang prima untuk menjangkau lokasi tersebut mengingat akses jalan masih terbatas. Saat hujan, akses semakin menantang karena tanah basah akan membuat kendaraan sulit melintas.

Sementara itu, sejumlah truk operasional sesekali melintas di antara panel-panel surya. Beberapa petugas pun mengecek yang terpasang. Di sana juga berdiri gedung kantor operator, masjid, dan mes para pekerja proyek.

Di sisi utara PLTS yang telah beroperasi, PLN tengah menyelesaikan pembangunan 40 MW tersisa. Pengerjaan ini membutuhkan tambahan 92.820 panel surya. Juga akan ada tambahan baterai berkapasitas 14 MWh yang berperan sebagai smoothing atau menjaga daya tetap stabil di tengah kondisi intermitensi atau fluktuasi daya akibat cuaca.

Asisten Manajer Proyek PLTS IKN Reza Odiatma menjelaskan, pekerjaan tahap II dimulai dengan pembersihan lahan dan pembangunan fondasi panel. Hal itu dilakukan sambil menunggu datangnya panel surya termutakhir dari China serta infrastruktur jaringan listrik lainnya, seperti inverter dan transformator.

Secara teknis, listrik dari PLTS dihasilkan dari energi sinar matahari, setidaknya mulai pukul 06.30 hingga pukul 18.00 sore. Lokasi IKN di Kaltim secara umum memiliki potensi tinggi karena tersinari matahari hampir 12 jam. Sinar matahari yang ditangkap panel surya akan dikonversi menjadi listrik melalui instalasi panel surya untuk kemudian disambungkan dengan gardu induk.

Listrik dari PLTS ke jaringan di IKN sesuai rencana akan disalurkan lewat sistem kabel bawah tanah atau saluran kabel tekanan tinggi (SKTT) dengan tegangan 150 kilovolt (kV). ”Target kami, pada 2025 (sudah terpasang SKTT),” kata Reza.

Pembangunan PLTS IKN menuju kapasitas penuh 50 MW juga bakal menyerap tenaga kerja. Menurut Reza, pada puncaknya, pengerjaan akan membutuhkan lebih dari 200 tenaga kerja.

PLTS nantinya akan menghidupi seluruh IKN pada siang hari, sedangkan pada malam hari, listrik dialirkan dari jaringan pembangkit lainnya. Apabila sudah beroperasi penuh, dengan kapasitas maksimal 50 MW, PLTS IKN mampu memproduksi listrik sekitar 93 gigawatt jam (GWh) per tahun. Kapasitas itu setara pengurangan emisi sebesar 43.589,4 ton karbon dioksida (CO2) per tahun.

Upaya itu dibarengi pengurangan emisi kendaraan bermotor. Sebagai contoh, PLN menyiapkan 16 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk pengguna kendaraan listrik di sekitar KIPP IKN dalam pelaksanaan peringatan HUT Ke-79 RI di IKN pada 17 Agustus 2024. Selain itu, menurut rencana, juga akan tersedia fasilitas bus listrik dan autonomous rapid transit (ART) atau trem otonom.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P Hutajulu menyebut, pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan menjadi faktor penting dalam mendukung IKN. Pasokan listrik berbasis energi terbarukan bakal menjadi pionir kelistrikan di IKN. ”Tanpa listrik, tidak ada yang bergerak di sana,” ujar Jisman dalam keterangannya.

Pembiayaan kompetitif

Melihat potensi PLTS di IKN dan pemanfaatannya bagi ekosistem kelistrikan, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat, Indonesia mesti lebih banyak menjaring kerja sama untuk mendapatkan permodalan pendanaan proyek energi terbarukan. Berdasarkan data IESR, untuk mencapai target hingga 2030, Indonesia membutuhkan investasi di bidang energi terbarukan berkisar Rp 350 triliun-Rp 400 triliun per tahun.

PLN, sebagai BUMN yang mengemban banyak tugas negara untuk penyediaan listrik, perlu lebih banyak melakukan kerja sama dengan perusahaan swasta karena kemampuan berutang semakin terbatas. Di luar PLN, pemerintah seharusnya juga mendukung kemudahan bagi proyek EBT oleh pihak swasta di Indonesia. Menurut analisisnya, swasta bisa mengemban 80 persen kebutuhan pendanaan pembangkit energi terbarukan.

”Kemitraan atau partisipasi swasta penting jika kita ingin membangun energi terbarukan. Kita juga harus mencari sumber-sumber pembiayaan yang kompetitif, yang bisa memberi interest rate pinjaman lebih rendah dari yang ada di Indonesia sekarang,” ujarnya, Jumat (2/8/2024).

Fabby juga mendukung lebih banyak pembangunan PLTS sebagai pembangkit listrik hijau. Potensi energi surya di Indonesia diharapkan dapat lebih termanfaatkan, tanpa pembukaan lahan baru. Misalnya, dengan pembangunan di atap bangunan (PLTS atap) hingga perairan darat, seperti danau atau embung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal