ESRB: Lembaga Penangkal Krisis Uni Eropa



FRANKFURT. Bulan ini, lembaga pencegah krisis ekonomi di Uni Eropa mulai beroperasi. Namanya, European Systemic Risk Board (ESRB) yang berbasis di Frankfurt, Jerman. Lembaga ini merupakan kepanjangan tangan Bank Sentral Eropa alias European Central Bank (ECB).

ESRB akan berfungsi memberi peringatan dini kepada 27 negara anggota Uni Eropa, tidak hanya 17 negara Zona Euro atau pemakai mata uang euro. "Jika ada ketidakseimbangan ekonomi yang serius, kami akan menyampaikan sesuatu untuk dilakukan," kata Vítor Constâncio, Wakil Gubernur ECB.

Menurut Vítor Constâncio, ESRB akan memberi peringatan dini, misalnya tentang hilangnya persaingan di Yunani hingga menimbulkan defisit likuiditas. Atau tentang gelembung pasar perumahan di Spanyol dan Irlandia, juga tentang pinjaman dalam mata uang asing di bagian Timur Eropa. "Itu contoh fokus ESRB untuk mencegah krisis," kata


Kata Constâncio, jika dewan ESRB telah mengeluarkan rekomendasi kongkret, maka negara itu harus mau menaati hingga. Namun Constâncio tidak menyebutkan sanksi jika rekomendasi ESRB diabaikan.

Di dalam ESRB akan terdiri 37 anggota yang memiliki hak voting. Mereka terdiri dari 27 gubernur bank sentral anggota Uni Eropa, perwakilan ECB, dan pengawas perbankan, asuransi, dan pasar modal. Dua dari 37 anggota dewan ESRB ialah Mervyn King, gubernur bank sentral Inggris, dan Vítor Constâncio, Wakil Presiden ECB.

Keberadaan Mervyn King di ESRB sebagai Wakil Ketua dianggap melegakan rakyat London. Sebab sebagian besar orang Inggris takut lembaga baru ini akan merugikan ekonomi Inggris. Sedangkan Ketua ESRB adalah Jean-Claude Trichet, Presiden ECB saat ini.

Meski fungsi lembaga ini cukup jelas, namun belum tentu efektif. Sejumlah ekonom bahkan menyangsikan lembaga ini tidak akan efektif untuk mencegah krisis. "Lembaga ini bisa-bisa memberi peringatan tentang segala sesuatu, atau peringatan mereka bisa saja salah," kata Karel Lanoo, Kepala Eksekutif Centre for European Policy Studies di Brussels.

Ancaman Inflasi

Tantangan yang kini dihadapi ESRB sekarang adalah menekan inflasi di zone euro yang mencapai 2,2% bulan Desember, tertinggi sejak Oktober 2008. Inflasi Januari dan Februari 2011 diperkirakan masih tinggi, yakni 2,3% dan 2,5%, menurut perkiraan Barclays Capital. Perkembangan ini tentu di atas mandat yang dibebankan kepada ECB sebesar 2%.

Inflasi yang tinggi akan mendorong ECB mengerek suku bunga atau mengeluarkan stimulus ekonomi. Bagi Jerman dan Prancis, kenaikan suku bunga mungkin bisa diantisipasi. Tetapi bagi negara dengan ekonomi yang masih labil seperti Yunani, Spanyol, Irlandia, dan Portugal, negara itu tentu akan semakin sulit karena terbebani dengan bunga utang yang kian besar.

Beberapa pekan ke depan adalah waktu yang sulit bagi Spanyol dan Portugal yang akan mengeluarkan surat utang senilai miliaran Euro. Sebab ECB tidak akan mudah membeli surat utang itu sebab suku bunga yang akan berlaku akan lebih tinggi dari biasanya. Jika Spanyol dan Portugal menerima, beban utang dan bunga pasti akan lebih berat bagi dua negara itu.

Editor: Djumyati P.