JAKARTA. Belum genap setahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Surya Esa Perkasa Tbk kembali menerbitkan saham baru. Emiten berkode saham ESSA, ini bakal menerbitkan 100 juta saham baru melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias
private placement. Harga saham baru tersebut minimal Rp 2.775 per saham. Artinya, dari aksi tersebut ESSA bakal meraup dana Rp 277,5 miliar. Cuma, manajemen ESSA masih enggan menyebut, investor strategis yang akan mengambil saham baru tersebut. "Kami masih berdiskusi dengan calon investor, belum bisa (diinformasikan) sekarang," kata Khanisk Laroya, Sekretaris Perusahaan ESSA, Rabu (5/12). Satu hal yang pasti,
private placement ini bakal membuat efek dilusi atas seluruh pemegang saham sebesar 9,09%. Imbasnya, porsi kepemilikan saham ESSA bakal berubah.
PT Trinugraha Akraya Sejahtera, misalnya, pemegang saham terbesar yang saat ini memiliki 33% saham ESSA. Pasca
private placement, saham Trinugraha di ESSA akan berkurang menjadi 30%. Pemilik lain yaitu, PT Ramaduta Teltaka, kepemilikannya akan turun jadi 20% dari 22%. Sementara saham milik Accion Diversified Strategy Fund juga akan menurun menjadi 18,18% dari 20%. Dan kepemilikan publik setelah
private placement akan turun jadi 22,73% dari 25%. Manajemen ESSA dalam prospektus, Rabu (5/12), menyatakan,
private placement ini bertujuan memperkuat struktur permodalan perusahaan. Pos tambahan modal disetor bakal naik menjadi US$ 49,36 juta dari sebelum private placement US$ 21,46 juta. Kas dan setara kas ESSA menggembung menjadi US$ 52,06 juta dari sebelumnya, US$ 23,12 juta per 30 September 2012. Bangun pabrik amoniak Dana tersebut nantinya akan digunakan mendukung ekspansi usaha dan anak perusahaan ESSA. Sayangnya, manajemen ESSA tidak menyebutkan detail proyek yang bakal dibiayai dari dana hasil private placement. Berdasar catatan KONTAN, ESSA berencana membangun pabrik amoniak berkapasitas 700.000 ton. Pabrik milik anak usaha ESSA yaitu PT Panca Amara Utama (PAU) ini membutuhkan dana US$ 750 juta. Sebesar US$ 250 juta dibiayai dari modal perusahaan. Sementara, US$ 500 juta dari hasil pinjaman yang difasilitasi International Finance Corporation (IFC). Rinciannya, IFC akan mempertimbangkan, memberi pinjaman hingga US$ 100 juta. IFC juga akan memfasilitasi pinjaman sindikasi dari sejumlah kreditur dengan nilai total US$ 400 juta. Selain menunjang ekspansi, manajemen ESSA menyatakan, private placement ini juga akan menyehatkan laporan keuangan. Pasalnya, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) mereka saat ini mencapai 0,5 kali. Setelah private placement, debt to equity rasio akan berkurang menjadi 0,33 kali. Sementara, rasio lancar ESSA juga akan naik dari 2,96 kali menjadi 6,09 kali setelah pelaksanaan private placement. Sementara rasio kas bertambah menjadi 5,63 kali dari 2,5 kali.
Janson Nasrial, analis AM Capital mengatakan, rencana private placement akan berdampak buruk pada harga saham ESSA. Selain itu, aksi tersebut merugikan pemegang saham lama akibat efek dilusi. Menurut Janson, sebaiknya manajemen memakai strategi lain untuk memenuhi kebutuhan dana, seperti pinjaman bank. "Meski prospek bisnis amoniak masih cukup menarik. Tapi dengan pengeluaran yang cukup besar saham ESSA bisa menjadi tidak menarik," ujar dia. Kemarin, harga ESSA ditutup sama dengan sehari sebelumnya yakni di Rp 3.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana