Estimasi simulasi perang Korea: 20.000 tewas/hari



KONTAN.CO.ID - Los Angeles Times menulis, seorang pensiunan jenderal AS mengatakan skenario perang Pentagon menunjukkan perang konvensional dengan Korea Utara (Korut) bisa menyebabkan 20.000 orang tewas per hari di Korea Selatan.

Hal ini sangat memungkinkan mengingat penduduk Korea Selatan (Korsel) sangat dekat dengan perbatasan Korut. Korut diyakini memiliki ribuan lokasi bawah tanah tempat mereka menyimpan roket dan senjata lainnya. Selain itu, Korut juga membangun terowongan yang dapat memudahkan mereka masuk ke Korsel.

Di sisi lain, pensiunan pejabat tinggi angkatan darat tersebut melihat 50:50 kemungkinan terjadi konflik konvensional dengan Korut, meskipun ada potensi meletusnya perang nuklir.


Seperti yang diketahui, pada Senin, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho menilai, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan perang terhadap rezim Korut. Dia juga mengancam akan menembak jatuh pesawat bomber AS, meskipun mereka tidak terbang di wilayah udara Korut.  

Pada pekan lalu, Ri juga mengatakan kepada reporter bahwa rezim Korut kemungkinan akan meledakkan senjata nuklir hidrogen di Pasifik. Hingga saat ini, pengujian senjata nuklir dilakukan di bawah tanah.

Juru bicara Pentagon Letkol Christopher Logan mengatakan, Korut adalah sebuah ancaman. Dia menegaskan militer AS akan mempertahankan negara AS sendiri serta aliansi mereka dari ancaman tersebut.

Para pakar pertahanan internasional skeptis Korut akan mampu menembak jatuh pesawat bomber canggih AS.

"Sistem pertahanan udara Korut tidaklah hebat. Hal itu sebenarnya hanya satu area dari teknologi rudal di mana mereka tidak mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir," papar Ian Williams, associate director Missile Defense Project di Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.

Analis mengatakan sistem KN-06 surface-to-air dapat memberikan sejumlah perlindungan bagi rezim dan hampir sama seperti sistem pertahananS-300 milik Rusia. Dikatakan pula, tidak banyak yang diketahui mengenai kemampuan radar KN-06. Namun, sistem pertahanan ini sering dipertontonkan saat parade dan perayaan di Korut. Pada Mei lalu, sejumlah media Pyongyang mendeklarasikan operasional senjata anti pesawat tempur.

Pada akhir pekan lalu, Pasukan Udara AS mengatakan B-1B Lancer bomber dan pesawat tempur Eagle terbang ke wilayah udara internasional, tak jauh dari wilayah timur Korut.

Pesawat bomber B-1B terbang dari Guam, wilayah Pasifik AS. AS memiliki basis militer di Guam dan diestimasi pasukan militernya di daerah ini mencapai 6.000 orang. Selain itu, AS juga memiliki sekitar 25.800 pasukan yang ditempatkan di Korea Selatan dan sekitar 50.000 service member di Jepang.

"Saat ini, masih banyak sekali perang kata-kata, dan banyak kata-kata yang diungkapkan oleh kedua pimpinan yang berupaya memanaskan suasana. Salah satu dari mereka, khususnya Kim Jong Un, jika dia merasa konflik memungkinkan, maka posisi strategisnya adalah posisi di mana dia yang akan mengambil langkah terlebih dulu," jelas Williams.

Menurut Williams, rudal balistik utara adalah "menggunakan atau kehilangan aset" sehingga Kim akan memiliki dorongan untuk memulai langkah lebih dulu, yang pada akhirnya menimbulkan risiko konflik dan kemungkinan salah perhitungan. "Sulit untuk mengetahui apa yang ada dalam pikirannya. Tapi itulah kecemasan utama saya," ungkapnya.

Perluasan sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan baru-baru ini memang dapat membantu mengurangi ancaman rudal. Namun, hal itu mungkin tidak akan banyak membantu di wilayah Seoul. Sekitar 25 juta orang, atau setengah dari populasi negara tersebut, tinggal di wilayah Seoul yang lebih luas.

Jarak yang tepat dari sistem THAAD diyakini berada hingga 200 kilometer (124 mil), meskipun THAAD dipasang sekitar 227 kilometer di Seongju.

"Korea Selatan telah mencurahkan banyak upaya untuk membangun tempat perlindungan, melakukan latihan pertahanan sipil dan hal-hal lain seperti itu," kata Dean Cheng dari Heritage Foundation. Dia menambahkan bahwa banyak alasan untuk menganggap Korea Utara akan mencoba untuk menyasar bangunan apartemen atau menargetkan bagunan milik sipil lainnya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie