JAKARTA. Di tengah harga biodiesel yang tidak bersahabat, PT Eterindo Wahanatama Tbk (
ETWA) masih menargetkan pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dapat dimulai pada akhir tahun 2014 ini. "Dengan catatan apabila cuaca mendukung. Karena dalam pembangunan awal ini banyak kegiatan dengan pemotongan bukit dan penimbunan," kata Bambang Suyitno Investor Relations Eterindo, dalam surat elektronik yang dikirim ke KONTAN, akhir pekan lalu. Sekedar informasi, PKS yang rencananya akan dibangun tersebut berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam, investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan PKS tersebut sekitar Rp 175 miliar.
Luas areal PKS yang akan dibangun tersebut mencapai 50 hektare (ha). Berlokasi di kabupaten Landak, Kalimantan Barat, PKS yang akan dibangun tersebut kapasitasnya dapat dinaikkan hingga mencapai 60 ton TBS per jam. Proses pembangunan PKS sendiri diperkirakan memakan waktu hingga 18 bulan. Dengan perhitungan tersebut, emiten berkode saham ETWA ini baru dapat melaksanakan operasional pabrik pada akhir tahun 2016 mendatang. Sementara itu, untuk rencana penanaman pohon sawit manajemen menargetkan seluas 2.000 hektar (ha) hingga akhir tahun. Cuaca yang tidak menguntungkan pada awal tahun 2014 dimana banjir cukup lama sehingga banyak akses yang menuju lokasi tanam putus serta, cuaca kering yang mulai di rasakan di bulan Juli 2014 turut mengganggu rencana. guntungkan. Oleh karenanya perlu dukungan dari pemerintah bagi industri biodiesel dalam negeri. Bambang Suyitno Investor Relations Eterindo mengatakan, dengan mengembangkan industri biodiesel dalam negeri, maka devisa negara akan hemat karena impor solar berkurang. Program hilirisasi Industri sawit nasional pun semakin meningkat. "Dengan berkembangnya sektor hilir maka akan meningkatkan pemberdayaan masyarakat petani," kata Bambang, dalam surat elektronik yang dikirim ke KONTAN, akhir pekan lalu.
Percepatan pemanfaatan biodiesel pada aplikasi-aplikasi lainnya yang lebih meluas di luar aplikasi transportasi bersubsidi sesuai dengan mandatory pemanfaatan biodiesel yg telah ditentukan harus segera dilakukan. Percepatan peningkatan blending rasio biodiesel dengan target tahun 2015 sebesar 90.000 MT harus diimplementasikan. Mengutip data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), hingga paruh tahun ini serapan biodiesel lokal masih sekitar 900.0000 kilo liter (kl). Sementara itu untuk ekspor sekitar 800.000 kl. Untuk produksi biodiesel sendiri tahun ini diproyeksi hanya sekitar 2 juta kl-2,5 juta kl. Togar Sitanggang Sekretaris Jenderal Aprobi mengatakan, selama ini persoalan yang paling berpengaruh terhadap produsen biodiesel dalam negeri untuk menjual ke Pertamina adalah sekema harga. Pertamina kekeh harga beli biodiesel berpatokan pada MOPS, sementara produsen meminta disesuaikand engan harga CPO. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia