KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) fokus lakukan pencarian dana di 2018, untuk memenuhi kebutuhan rehabilitasi kinerja perusahaan. Dengan begitu, diharapkan pendapatan perusahaan bisa meningkat dan menekan angka kerugian tahun ini. Direktur Keuangan ETWA Azwar Alinuddin mengatakan, dalam gelaran Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), perusahaan telah mengantongi izin pemegang saham untuk mengajukan pinjaman tahun ini. "RUPS sekarang ini, hanya membahas pemberian hak kepada manajemen untuk meminjam uang ke bank, gadaikan saham dan lainnya. Jadi ini minta izin dan sudah disepakati," jelas Azwar kepada Kontan.co.id di Jakarta, Selasa (15/5). Ia menjelaskan, beberapa tahun terakhir kinerja perusahaan terkendala aktivitas produksi yang tertahan bahkan jauh lebih rendah dari sebelumnya. Perusahaan memetakan ada tiga masalah yang harus segera dibenahi yakni masalah sosial, fisik perkebunan dan infrastruktur. Untuk itu, fokus perusahaan tahun ini adalah merehabilitasi kebun sawit, mulai dari rehabilitasi sosial, rehabilitasi fisik perkebunan, hingga rehabilitasi infrastruktur. "Dua kebun kita di Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami masalah pemeliharaan yang mengakibatkan produksi buah menjadi tidak baik," kata Azwar. Saat ini, jika dikomparasikan produksi sawit di kebun milik ETWA tidak berimbang. Saat kondisi normal dalam jangka waktu tujuh tahun, kebun mampu memproduksi 18 ton per hektare. Namun, yang terjadi saat ini, dalam kurun waktu yang sama, kebun hanya mampu memproduksi 10%-25% dari produksi seharusnya, atau hanya 1,8-4,5 ton per hektare. "Bayangkan, ini sangat menyedihkan," ungkapnya. Azwar sendiri enggan menyebutkan total kebutuhan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan saat ini. Namun, untuk gambaran, jika biaya perawatan kebun per hektar umumnya Rp 10-12 juta, pada tahap rehabilitas dibutuhkan anggaran hingga Rp 16 juta-Rp 18 juta per hektar. "Itu kebutuhan untuk tanam saja, sedangkan untuk infrastruktur dan sosial belum termasuk, itu lebih ke teknis," tuturnya. Diharapkan, melalui penjajakan untuk pencarian dana pinjaman, perusahaan dapat mempercepat proses rehabilitasi. Dengan begitu, dalam waktu 2-3 tahun ke depan, produksi bisa kembali pulih. Di samping itu, Azwar menegaskan bahwa perusahaan belum akan melakukan aksi korporasi maupun ekspansi di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Eterindo Wahanatama fokus cari pendanaan untuk rehabilitasi kebun sawit
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) fokus lakukan pencarian dana di 2018, untuk memenuhi kebutuhan rehabilitasi kinerja perusahaan. Dengan begitu, diharapkan pendapatan perusahaan bisa meningkat dan menekan angka kerugian tahun ini. Direktur Keuangan ETWA Azwar Alinuddin mengatakan, dalam gelaran Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), perusahaan telah mengantongi izin pemegang saham untuk mengajukan pinjaman tahun ini. "RUPS sekarang ini, hanya membahas pemberian hak kepada manajemen untuk meminjam uang ke bank, gadaikan saham dan lainnya. Jadi ini minta izin dan sudah disepakati," jelas Azwar kepada Kontan.co.id di Jakarta, Selasa (15/5). Ia menjelaskan, beberapa tahun terakhir kinerja perusahaan terkendala aktivitas produksi yang tertahan bahkan jauh lebih rendah dari sebelumnya. Perusahaan memetakan ada tiga masalah yang harus segera dibenahi yakni masalah sosial, fisik perkebunan dan infrastruktur. Untuk itu, fokus perusahaan tahun ini adalah merehabilitasi kebun sawit, mulai dari rehabilitasi sosial, rehabilitasi fisik perkebunan, hingga rehabilitasi infrastruktur. "Dua kebun kita di Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami masalah pemeliharaan yang mengakibatkan produksi buah menjadi tidak baik," kata Azwar. Saat ini, jika dikomparasikan produksi sawit di kebun milik ETWA tidak berimbang. Saat kondisi normal dalam jangka waktu tujuh tahun, kebun mampu memproduksi 18 ton per hektare. Namun, yang terjadi saat ini, dalam kurun waktu yang sama, kebun hanya mampu memproduksi 10%-25% dari produksi seharusnya, atau hanya 1,8-4,5 ton per hektare. "Bayangkan, ini sangat menyedihkan," ungkapnya. Azwar sendiri enggan menyebutkan total kebutuhan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan saat ini. Namun, untuk gambaran, jika biaya perawatan kebun per hektar umumnya Rp 10-12 juta, pada tahap rehabilitas dibutuhkan anggaran hingga Rp 16 juta-Rp 18 juta per hektar. "Itu kebutuhan untuk tanam saja, sedangkan untuk infrastruktur dan sosial belum termasuk, itu lebih ke teknis," tuturnya. Diharapkan, melalui penjajakan untuk pencarian dana pinjaman, perusahaan dapat mempercepat proses rehabilitasi. Dengan begitu, dalam waktu 2-3 tahun ke depan, produksi bisa kembali pulih. Di samping itu, Azwar menegaskan bahwa perusahaan belum akan melakukan aksi korporasi maupun ekspansi di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News