KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ethereum (ETH) baru saja melakukan
upgrade jaringan yang disebut sebagai Ethereum Shanghai dan Capella (Shapella). Peluncuran itu membuat harga Ethereum meningkat 5,80% dalam 1 hari ke US$ 2.111 per keping, seperti dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (14/4) pukul 16.45 WIB. Public Relations Tokocrypto Bianda Ludwianto mengatakan,
upgrade tersebut menunjukkan bahwa Ethereum sudah sepenuhnya menjalakan algoritma konsensus Proof of Stake (PoS) mengganti Proof of Work (PoW). “Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan skalabilitas, keamanan, dan efisiensi dalam ekosistem Ethereum,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/4).
Secara garis besar, upgrade Ethereum Shapella bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya komputasi.
Baca Juga: Respons Pertumbuhan Pasar Kripto, Indodax Luncurkan Fitur Staking Hal tersebut akan dicapai melalui optimasi pada mesin virtual Ethereum (EVM) serta peningkatan penggunaan teknologi, seperti zk-SNARKS dan zk-STARKS, yang memungkinkan pemrosesan transaksi lebih cepat dan lebih hemat energi. Setelah
upgrade Shapella, pengguna dan pengembang Ethereum akan melihat beberapa perbedaan, mulai dari biaya transaksi yang lebih rendah, waktu transaksi yang lebih cepat, keamanan yang lebih baik.
Upgrade tersebut juga membuat ekosistem Ethereum lebih ramah lingkungan, karena mengurangi konsumsi energi yang diperlukan untuk mencapai konsensus dalam jaringan. “Dengan PoS, lebih banyak individu dapat berpartisipasi dalam proses konsensus, yang akan mendorong desentralisasi,” ungkapnya.
Upgrade Shapella, kata Bianda, akan berdampak besar pada pasar kripto. Sebab,
market cap Ethereum merupakan terbesar kedua setelah Bitcoin. Salah satu hal yang penting dari
upgrade ini adalah mulainya penarikan
staking token ETH secara bertahap. Dengan adanya
upgrade itu, maka
supply ETH yang terlepas sekitar 18 juta ETH. “Setengah jam setelah
update Shanghai berjalan, sekitar 285 penarikan pada epoch 194.408 telah diproses. Nilai yang ditarik sekitar 5.413 ETH alias US$ 10 juta,” tuturnya. Banyak yang menilai penarikan akan terus terjadi dan membuat harga ETH turun, karena menimbulkan aksi jual yang tinggi. Namun, Bianda memaparkan, hal itu belum terbukti. Bahkan, ETH sempat melonjak lebih dari 11% pada Jumat (14/4) pagi mencapai harga US$ 2.169. “Indikator teknisnya
bullish, menandakan target kenaikan dalam waktu dekat ada di level US$ 2.300. Namun, koreksi bisa saja terjadi dalam waktu dekat,” paparnya. Bianda mengatakan, kenaikan harga tersebut merupakan pertanda baik, namun ada hal yang perlu diperhatikan.
Baca Juga: Harga Ethereum Naik 5,35% Seusai Shapella Diluncurkan, Begini Prospeknya “Sebab, ada total 15%
supply ETH yang akan terbuka setelah
upgrade hardfork. Hal itu membuat tekanan penjualan tinggi, tetap harganya bisa mengarah sebaliknya,” paparnya. Bianda menyarankan agar investor
wait and see saat ini menyikapi peningkatan harga Ethereum. Investor juga tak disarankan untuk melakukan
leverage trading. Sebab, Bianda melihat, pergerakan
bull run Ethereum belakangan ini sedikit mencurigakan. Menurut Bianda, ada kemungkinan para
whales menaikkan harga untuk menembus area resisten Ethereum untuk mencari likuiditas.
“Fungsi likuiditas di sini untuk keluar dari pasar dengan lebih mudah. Ketika resistennya tertembus, maka akan ada banyak order
limit buy yang terpasang di area
breakout,” paparnya. Bianda pun menyarankan, agar investor melakukan pembelian Ethereum dalam porsi kecil dengan strategi dollar cost averaging (DCA). “Risiko Ethereum terlalu besar dibanding dengan
reward atau margin
profit. Hal ini menyebabkan kemungkinan kenaikan hanya mencapai US$ 2000 atau hanya 4%,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi