Etos Kerja Jensen Huang & Elon Musk: Tak Ada Tugas Terlalu Rendah



KONTAN.CO.ID -  Dalam dunia teknologi global, etika kerja dan filosofi kepemimpinan sering kali menjadi pembeda utama antara kesuksesan jangka pendek dan keberlanjutan sebuah korporasi.

Belakangan ini, interaksi antara dua tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi, CEO Nvidia Jensen Huang dan pemilik X (dahulu Twitter) Elon Musk, menarik perhatian para pelaku pasar dan pengamat manajemen bisnis.

Interaksi tersebut bermula dari sebuah unggahan potongan video wawancara Jensen Huang yang kembali viral.


Baca Juga: Mengungkap Rahasia Keluarga Terkaya di Amerika, Walton Family, Mengelola Kekayaan

Dalam video tersebut, Huang menceritakan latar belakangnya yang rendah hati sebelum mendirikan Nvidia, perusahaan yang kini menjadi pemain kunci dalam infrastruktur kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI).

Filosofi "Tidak Ada Pekerjaan yang Terlalu Rendah"

Bagi Jensen Huang, jabatan sebagai pemimpin tertinggi di salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia tidak lantas membuatnya merasa eksklusif.

Ia secara terbuka menceritakan pengalamannya bekerja sebagai pencuci piring dan pelayan di restoran Denny’s pada masa mudanya.

Melansir dari Livemint, Huang menegaskan bahwa tidak ada tugas yang ia anggap terlalu rendah untuk dikerjakan.

Pengalaman membersihkan toilet dan mencuci piring di masa lalu telah membentuk cara pandangnya terhadap kerja keras dan kontribusi profesional.

Menurutnya, kesediaan untuk terjun langsung dalam berbagai level pekerjaan adalah esensi dari penguatan sumber daya manusia di dalam perusahaan.

Pandangan ini mendapat dukungan kuat dari Elon Musk. Orang terkaya di dunia, yang kekayaannya baru-baru ini menyentuh rekor US$ 700 miliar, merespons video tersebut melalui platform X dengan kalimat singkat, "Ini adalah caranya" (This is the way).

Dukungan Musk mengindikasikan adanya kesamaan visi di antara para pemimpin puncak industri teknologi mengenai pentingnya etika kerja yang disiplin dan pragmatis.

Baca Juga: Dominasi Scale AI: Peran Keluarga dan Strategi Alexandr Wang di Meta

Kepemimpinan Melalui Proses Penalaran

Lebih lanjut, Jensen Huang memaparkan bahwa keterlibatannya dalam tugas-tugas teknis bukan sekadar untuk melakukan pekerjaan itu sendiri, melainkan untuk memberikan contoh tentang proses penalaran (reasoning).

Ia percaya bahwa dengan menunjukkan cara memecah masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, seorang pemimpin sedang memberikan kekuatan kepada karyawannya.

Huang menjelaskan bahwa setiap kali ia meninjau pekerjaan timnya, ia berusaha berbagi cara berpikir dalam membedah strategi atau melakukan perkiraan (forecasting).

Hal ini bertujuan agar karyawan melihat bahwa tantangan yang ada tidak serumit yang dibayangkan. Pemberdayaan melalui proses logika inilah yang dianggapnya sebagai kontribusi nyata seorang pimpinan kepada stafnya.

Berikut adalah beberapa poin utama filosofi kepemimpinan yang diterapkan Jensen Huang di Nvidia:

  • Pemberdayaan Melalui Contoh: Menunjukkan secara langsung cara menyelesaikan masalah demi melatih logika berpikir staf.
  • Koneksi Antar Level: Menghapus stigma bahwa pemimpin hanya fokus pada urusan besar tanpa memahami detail teknis.
  • Pendidikan Berkelanjutan: Menganggap setiap interaksi dengan 60 orang di lingkaran terdekatnya sebagai kesempatan belajar.

Membentuk Kehebatan Melalui Ketekunan

Salah satu pendekatan yang paling unik dari Huang adalah keengganannya untuk memecat karyawan secara tergesa-gesa.

Ia lebih memilih untuk membimbing atau mendorong mereka hingga mencapai potensi maksimal, sebuah metode yang secara berkelakar ia sebut sebagai "menyiksa menuju kehebatan" (torture into greatness).

Tonton: Efektivitas Subsidi LPG 3 Kg: Perpres Baru Perlu Pengawasan

Dikutip dari Livemint, Huang meyakini bahwa hampir semua hal dalam hidup dapat dipelajari asalkan seseorang diberikan kesempatan dan waktu yang tepat.

Pengalamannya beralih dari seorang pencuci toilet menjadi CEO perusahaan teknologi raksasa adalah bukti nyata bagi dirinya sendiri bahwa pertumbuhan kapasitas manusia adalah hal yang mungkin terjadi.

Bagi Huang, memecat seseorang sering kali menjadi jalan pintas yang menunjukkan kegagalan dalam proses pembelajaran.

Ia mengibaratkan dirinya sebagai seorang pelatih yang percaya sepenuhnya pada timnya dan terus mendorong mereka karena ia yakin kesuksesan sudah sangat dekat.

Strategi manajemen yang berbasis pada kepercayaan dan kerja keras ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas internal Nvidia.

Di bawah kepemimpinan Huang, Nvidia berhasil bertransformasi dari perusahaan penyedia unit pemroses grafis (GPU) untuk gim menjadi jantung dari revolusi komputasi global, yang pada akhirnya memberikan keuntungan signifikan bagi para investor jangka panjang.

Selanjutnya: Yang Harus Anda Ketahui Tentang Hujan Meteor Ursid yang Muncul Setiap Desember

Menarik Dibaca: 12 Menu Ayam untuk Diet agar Berat Badan Turun, Mau Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News