Euforia Obama, USD menguat



JAKARTA. Kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden Amerika Serikat mendongkrak the greenback. Investor cenderung menyimpan dollar AS di tengah agenda rezim Obama menghindar dari jurang fiskal.

EUR/USD, Kamis (8/11) pukul 17.19 WIB, melemah 0,38% menjadi 1,2726. AUD/USD melemah 0,07% ke 1,0403. Namun, USD/JPY melemah 0,05% menjadi 79,91.

Samarjit Shankar, Managing Director Valuta di Bank of New York Mellon, Boston, mengatakan, kini yang terpenting adalah makroekonomi. "Masalah ekonomi di zona euro ikut mendukung penguatan greenback," saran Shankar, dikutip Bloomberg.


Kekhawatiran pasar terhadap jurang fiskal, menurut Analis Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar cukup wajar. Pasalnya setelah Obama terpilih, ada rencana membeli aset.

Langkah ini dipandang Ariana cukup berisiko memunculkan inflasi ke depan. “Mereka tidak punya cukup dana. Jadi caranya adalah mencetak uang. Otomatis, nilai dollar AS, akan turun,” papar Ariana, Kamis (8/11).

Analis Harvest Futures International, Ibrahim, mengatakan, Obama berambisi menekan defisit anggaran hingga tersisa US$ 500 miliar. Satu opsi yang akan ditempuh adalah menaikkan pajak dan mengetatkan anggaran, atau menaikkan batas atas utang Negeri Paman Sam.

“Porsi oposisi dan partai pemerintah hampir seimbang. Oposisi waktu itu tidak mau terima kenaikan pajak,” ujar Ibrahim. Jika oposisi menyetujui kenaikan batas atas utang AS, yang semula US$ 14,4 triliun menjadi US$ 19,4 triliun untuk 2013–2015, maka euro bisa terangkat.

Pasar juga tengah menunggu hasil Pidato Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi. Asumsi pasar, Draghi akan memberikan motivasi perkembangan ekonomi Eropa mengingat parlemen Yunani sudah menyetujui pengetatan anggaran.

Kedua analis yakin bahwa penguatan dollar AS kini hanya sementara karena euforia kemenangan Obama. Sebab, masih ada masalah fiscal cliff dan Yunani yang bisa berbalik melemahkan dollar AS. Ibrahim bilang, kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pergerakan dollar AS dalam beberapa hari ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana