Euro masih identik dengan risiko



JAKARTA. Euro seakan tak bertulang. Valuta 17 negara Eropa itu melandai terhadap berbagai valuta utama, setelah lesu pemilihan umum (pemilu) di Prancis dan Yunani. Hasil pemilu di kedua negara tersebut, merisaukan para pemodal di pasar global.

Francois Hollande, presiden terpilih Prancis dari Partai Sosialis, berjanji, lebih royal dalam mengatur anggaran, demi memacu pertumbuhan ekonomi. Sikap Hollande berseberangan dengan kesepakatan yang dirancang Presiden Prancis terdahulu, Nicolas Sarkozy, bersama Kanselir Jerman, Angela Merkel.

Di Yunani, dua partai terbesar kekurangan suara mayoritas untuk mengimplementasikan syarat kesepakatan bailout. Perpecahan di parlemen Yunani membuka kemungkinan penyelenggaraan pemilu berikutnya, bulan depan.


“Topik utama yang kita lihat sepekan kemarin, adalah kondisi pasar yang menghindari berbagai risiko,” tutur Joe Manimbo, analis pasar Western Union Co., seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.

Euro memang sempat rebound pada akhir pekan lalu. “Rebound karena muncul harapan koalisi di Yunani terbentuk. Negeri itu perlu koalisi untuk menghindar dari default. Di saat sama, Spanyol akan mengeluarkan rencana terbarunya untuk mereformasi sistem perbankannya,” tutur Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures.Namun, ia menilai penguatan euro hanya sementara. Secara teknikal dan fundamental, pelemahan euro bakal lanjut," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri