Euro pun tersungkur di hadapan poundsterling



JAKARTA. Meski poundsterling tengah berbalut katalis negatif, pasangan EUR/GBP catat koreksi di awal pekan.

Mengutip Bloomberg, Senin (5/6) pukul 16.48 WIB pairing EUR/GBP terkikis 0,35% di level 0,8725 dibanding hari sebelumnya.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, pelemahan euro di hadapan poundsterling terjadi juga lebih besar imbas dari profit taking. Poundsterling sedang menyesuaikan posisi sementara pasca pelemahan yang terhitung signifikan. Diduga hal ini tidak akan bertahan lama, mengingat poundsterling masih dibalut katalis negatif.


Selain memang data sektor jasa Spanyol, Italia dan Perancis yang melambat ikut membebani euro. Walau memang data sektor jasa Jerman dan Eropa yang masih tumbuh positif jadi daya tahan bagi euro dari kejatuhan lebih dalam.

“Banyak katalis negatif yang membebani poundsterling, mulai dari pemilu 8 Juni 2017 nanti, teror di Inggris akhir pekan lalu hingga data ekonomi yang mengecewakan pasar,” papar Faisyal. Terbaru data sektor jasa Inggris Mei 2017 turun dari 55,8 menjadi 53,8 menambah panjang daftar data ekonomi Inggris yang menunjukkan perlambatan setelah sebelumnya sektor manufaktur pun melambat.

Hal ini yang lantas mengarahkan Faisyal pada perkiraan pasangan EUR/GBP berpotensi untuk menguat lagi. “Euro lebih diuntungkan secara fundamental yang stabil hanya saja sekarang antisipasi rapat ECB jadi koreksi juga sifatnya hanya sementara,” imbuh Faisyal.

Memang dalam beberapa waktu terakhir, berhembus kabar di pasar bahwa ECB akan melakukan aksi tappering off pada stimulusnya. Jika hal tersebut benar terjadi maka artinya ekonomi Eropa mengalami perbaikan yang positif dan bisa jadi alasan bagi euro menguat jangka panjang.

Peluang EUR/GBP menguat tipis juga bisa datang jika berkaca pada Selasa (6/6) minimnya data ekonomi Inggris terbaru yang akan rilis. “Sampai pemilu berakhir nanti poundsterling trennya masih akan bearish dan itu jelas menguntungkan euro,” papar Faisyal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia