NEW YORK. Euro tergelincir dalam empat pekan berturut-turut. Ini koreksi terpanjangnya terhadap dollar AS dalam 18 bulan terakhir. Kemarin, euro jatuh 2,1% ke US$ 1,3239, di New York, dari posisi akhir pekan lalu (18/11) di US$ 1,3525. Mata uang Uni Eropa terakhir mengalami pelemahan selama empat minggu berturut-turut pada Mei 2010. Bahkan, kemarin, euro sempat menyentuh level terendah tujuh minggu terhadap dollar AS, setelah Italia menjual surat utang senilai 8 miliar euro (US$ 10,6 miliar) dengan yield 6,504%. Ini level tertinggi sejak Agustus 1997. Lelang obligasi tersebut digelar dua hari setelah pelaksanaan lelang obligasi Jerman meleset dari target 6 miliar euro. Perjuangan Jerman dalam lelang obligasi tersebut menyiratkan krisis Eropa menyentuh negara-negara lain dengan keuangan paling kuat di kawasan itu. Sentimen negatif kian mencuat setelah Standard & Poor's memangkas peringkat utang Belgia. Padahal, Belgia, Italia, dan Perancis dijadwalkan menggelar lelang surat utang pada pekan depan. Di sisi lain, dollar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah kongres gagal mencapai kesepakatan terkait pemotongan defisit AS. Investor memburu mata uang safe haven. Alhasil, dollar AS naik untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terhadap yen, yaitu sebesar 1,1% ke 77,73 yen.Stephen Gallo, kepala analisis pasar dari Schneider Foreign Exchange di London menilai, kondisi di pasar valuta asing pada pekan ini terjebak oleh kondisi di pasar kredit. "Krisis tidak lagi hanya terjadi di lingkaran luar, sementara para pejabat tidak memiliki solusi nyata untuk mengatasi krisis," imbuh Kepala analis dari Commonwealth Foreign Exchange Inc., di Washington, kemarin (25/11).
Euro tergelincir dalam empat pekan berturut-turut
NEW YORK. Euro tergelincir dalam empat pekan berturut-turut. Ini koreksi terpanjangnya terhadap dollar AS dalam 18 bulan terakhir. Kemarin, euro jatuh 2,1% ke US$ 1,3239, di New York, dari posisi akhir pekan lalu (18/11) di US$ 1,3525. Mata uang Uni Eropa terakhir mengalami pelemahan selama empat minggu berturut-turut pada Mei 2010. Bahkan, kemarin, euro sempat menyentuh level terendah tujuh minggu terhadap dollar AS, setelah Italia menjual surat utang senilai 8 miliar euro (US$ 10,6 miliar) dengan yield 6,504%. Ini level tertinggi sejak Agustus 1997. Lelang obligasi tersebut digelar dua hari setelah pelaksanaan lelang obligasi Jerman meleset dari target 6 miliar euro. Perjuangan Jerman dalam lelang obligasi tersebut menyiratkan krisis Eropa menyentuh negara-negara lain dengan keuangan paling kuat di kawasan itu. Sentimen negatif kian mencuat setelah Standard & Poor's memangkas peringkat utang Belgia. Padahal, Belgia, Italia, dan Perancis dijadwalkan menggelar lelang surat utang pada pekan depan. Di sisi lain, dollar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah kongres gagal mencapai kesepakatan terkait pemotongan defisit AS. Investor memburu mata uang safe haven. Alhasil, dollar AS naik untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terhadap yen, yaitu sebesar 1,1% ke 77,73 yen.Stephen Gallo, kepala analisis pasar dari Schneider Foreign Exchange di London menilai, kondisi di pasar valuta asing pada pekan ini terjebak oleh kondisi di pasar kredit. "Krisis tidak lagi hanya terjadi di lingkaran luar, sementara para pejabat tidak memiliki solusi nyata untuk mengatasi krisis," imbuh Kepala analis dari Commonwealth Foreign Exchange Inc., di Washington, kemarin (25/11).