KONTAN.CO.ID - Meski peminatnya terus bertambah, upaya membangun usaha rintisan alias
start-up tentu bukan perkara gampang. Bukan cuma soal pendanaan, jaringan dan ekosistem di antara sesama pelaku usaha juga jadi kebutuhan krusial bagi tumbuh kembang
start-up di Indonesia. Hal itulah yang diamati Carlson Lau saat masih berkarier di salah satu perusahaan investasi di Indonesia. Pengalamannya bertemu dan berdiskusi langsung dengan banyak pebisnis
startup menjadi bekal menjalankan EV Hive.
Start-up ini menyediakan jasa penyewaan ruang kerja bersama (
co-working space) sejak 2015.
Dan, yang EV Hive tawarkan tidak hanya ruang kerja yang bisa disewa kapan saja. Setiap anggota penyewa atawa
member di EV Hive punya kesempatan bergabung dalam sebuah pusat jaringan dan komunitas
start-up yang berkembang juga saling menguntungkan. Awal berdiri, EV Hive hanya memiliki dua lokasi
co-working space: The Maja di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dan The Breeze di BSD, Tangerang Selatan. Akhir November lalu,
startup ini baru saja meluncurkan lokasi ke-10 yaitu EV Hive City yang menempati area tiga lantai di Plaza Kuningan. Sisanya, tersebar di kawasan strategis di Jakarta seperti Menteng, Sudirman, serta Senopati. “Bulan ini, rencananya kami masih akan luncurkan dua lokasi baru lagi di Jakarta,” ungkap Carlson, Pendiri sekaligus
Chief Executive Officer (CEO) EV Hive. Artinya, EV Hive akan punya 12 lokasi
co-working space hingga akhir tahun ini, dengan akumulasi luas mencapai 20.000 meter persegi. Untuk penyewaan ruang kerja,
start-up yang diinkubasi oleh perusahaan modal ventura East Ventures tersebut memberikan empat penawaran paket.
Pertama,
daily pass alias akses harian bagi
member individu untuk menggunakan area ruang kerja dengan fasilitas Wi-Fi selama 24 jam. Tarifnya, hanya Rp 50.000 per hari.
Kedua,
flexi desk yang ditujukan untuk
member tim yang ingin menyewa sebuah meja khusus di area ruang kerja EV Hive dengan periode bulanan. Sesuai namanya, layanan ini bisa digunakan fleksibel di semua cabang EV Hive, dengan membayar biaya sewa sebesar Rp 1 juta sebulan saja.
Ketiga,
dedicated desk yakni meja yang bisa disewa sekaligus dipasangi peralatan, seperti komputer dan printer, untuk kebutuhan
member tim. EV Hive membuka tarif sewa servis ini Rp 2 juta per bulan.
Keempat, sebuah ruang kerja privat yang didedikasikan khusus untuk
member tim yang menyewa secara bulanan, dengan membayar Rp 4 juta. Berbagai fasilitas, mulai minuman gratis, Wi-Fi, loker, hingga akses bebas ke seluruh acara yang digelar di EV Hive, sudah termasuk dalam paket penawaran tersebut. Bahkan, di
co-working space EV Hive City, Kuningan, tersedia sejumlah permainan, semacam tenis meja, dan biliar, yang bisa digunakan di sela waktu bekerja. Atmosfer atraktifnya mirip kantor-kantor
start-up besar, seperti Google dan Facebook. Selain itu, EV Hive juga menawarkan penyewaan fasilitas ruang rapat yang dapat digunakan pada hari kerja maupun akhir pekan. Lalu, ruang acara untuk aktivitas, misalnya, seminar dan kelas kecil. Ada juga studio kreatif dengan fasilitas fotografi, seperti lampu, monopod, reflektor, dan sebagainya, yang tersedia lengkap. Nyawa bisnis Meski begitu, EV Hive enggan berfokus hanya pada jasa penyewaan ruang kerja bersama. Menurut Carlson, nyawa dari bisnis
co-working space ini justru ada pada pembentukan jaringan dan komunitas antarsesama keanggotaan EV Hive. Maklum, mereka juga memiliki misi membantu usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan
start-up yang jadi
member buat mengembangkan bisnis. Untuk mewujudkan tujuan itu, sebuah program bernama EV Hive Connect dirancang. Program ini menawarkan dua hal:
Pertama, basis data seluruh anggota
start-up EV Hive. Gunanya untuk memudahkan anggota menjangkau
start-up lainnya jika ingin kolaborasi atau membuat acara bersama.
Kedua, EV Hive Connect menyediakan basis data perusahaan modal ventura dan pemerintah sebagai regulator yang telah berkongsi sama EV Hive. Kini, EV Hive resmi bekerjasama dengan sembilan perusahaan modal ventura dan Jakarta Smart City milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan begitu, EV Hive bisa memfasilitasi
member start-up dan UMKM mereka yang sedang mencari pendanaan atau membutuhkan bantuan konsultasi izin pembuatan usaha dengan pihak regulator. Berbagai fasilitas dan kemudahan ini jadi salah satu daya tarik banyak
start-up maupun UMKM yang berbasis di Ibu Kota RI untuk memanfaatkan jasa EV Hive. Saat ini, EV Hive memiliki 1.400 anggota, dengan 70% di antaranya merupakan
member start-up dan 30% sisanya UMKM. “Mudah-mudahan ke depan, jumlah
member start-up dan UMKM bisa semakin seimbang,” harap Carlson. Selain melalui EV Hive Connect, perluasan jaringan juga bisa anggota dapatkan melalui acara-acara yang hampir setiap hari ada di EV Hive. Awalnya, Devina Mahendriyani,
PR Executive EV Hive, bilang, kebanyakan acara didominasi tema teknologi yang memang dekat dengan dunia
start-up. Namun, belakangan tema diskusi, workshop, dan kelas kecil di EV Hive sudah semakin bervariasi. Mulai gaya hidup, hiburan, kecantikan, media sosial, manajemen, sampai pemasaran bisnis, bisa difasilitasi EV Hive. Alhasil, jaringan komunitas yang tercipta pun kian meluas ke berbagai bidang. Dan, selama dua tahun berjalan, EV Hive gencar berekspansi. Soalnya, hingga tahun ini mereka sudah menerima suntikan modal dari empat perusahaan modal ventura sekaligus. Setelah East Ventures yang juga berinvestasi di Tokopedia dan Traveloka, tahun ini tiga perusahaan modal ventura menambah daftar investor yang mendanai EV Hive yakni Sinar Mas Digital Ventures, Insignal Ventures, dan Intudo Ventures. Sayang, Carlson tak gamblang memerinci berapa nilai investasi yang dikucurkan masing-masing investor. Tapi secara keseluruhan, EV Hive telah mengantongi bantuan modal sebesar US$ 4,5 juta untuk mengembangkan bisnis
co-working space di seluruh Indonesia. Siap ekspansi Carlson mengungkapkan, ada sejumlah strategi yang perusahaannya andalkan untuk meyakinkan para investor itu.
Satu, konsep bisnis EV Hive yang mampu menciptakan komunitas dan jaringan antarpelaku UMKM dan
start-up yang ada di Jakarta dan Indonesia. Sejak awal, EV Hive ingin jadi platform tempat berkembangnya berbagai
start-up melalui ruang-ruang kerja bersama yang dirancang sedemikian rupa untuk aktivitas bisnis serta event pendukungnya.
Dua, konsistensi untuk mengembangkan
co-working space dengan terus menambah lokasi-lokasi baru. Bagi Carlson, kemampuan ekspansi jadi indikator model bisnis yang baik dan sehat, yang bisa menambah keyakinan para pemodal.
Tiga, menjaga performa sumber daya manusia di dalam tim EV Hive yang saat ini berjumlah sekitar 120 orang. Urusan ini, Carlson memang serius. Dia telah merancang sebuah program pelatihan bernama EV Hive Academy yang bertujuan menjaga standar wawasan seluruh karyawan tentang ekosistem
start-up di Indonesia. Memasuki tahun 2018, EV Hive sudah berancang-ancang menambah lagi lokasi
co-working space. Tak tanggung-tanggung, Carlson menargetkan, EV Hive bisa mencapai 30 lokasi di akhir tahun depan. “Kami mau buka juga di kota lain, seperti Bandung, Jogja, dan Surabaya. Fokusnya masih di Pulau Jawa karena perkembangan
start-up dan UMKM yang masih paling pesat di sini,” tuturnya.
Belum lama ini, EV Hive membuka lokasi pertamanya di Medan, Sumatra Utara, yang merupakan hasil merger dengan
co-working space bernama Clapham Collective. Clapham Collective merupakan salah satu pionir
co-working space di Medan dan menjadi tempat berkumpul para pendiri maupun pebisnis
start-up di sana. Tak tertutup kemungkinan, cara yang sama akan EV Hive lakukan untuk membuka lokasi-lokasi baru di luar Jakarta. “Kami akan cari komunitas dan ekosistem
start-up yang sudah berkembang di kota-kota tujuan, kemudian mengajak untuk kolaborasi membuat jaringan yang lebih besar lagi,” ujar Carlson. Dengan begitu, harapan EV Hive jadi pusat komunitas
start-up di tiap kota besar bisa perlahan terwujud. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan