Evergreen hengkang dari bisnis benang



JAKARTA. Perusahaan benang PT Evergreen Invesco Tbk tak mau lama-lama merana dalam keterpurukan. Usai menghentikan kegiatan operasi pabrik pemintalan kapas di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur pada April 2016 lalu, kini Evergreen mencari sumber pendapatan lain.

Salah satu sumber pendapatan yang digarap Evergreen adalah bisnis pergudangan. "Kami mengubah lini bisnis jadi pergudangan karena prospeknya bagus," kata Wiwi Novianti, Sekretaris Perusahaan Evergreen Invesco kepada KONTAN, Kamis (30/6).

Di bisnis gudang, Evergreen mempercayakan ke anak usaha PT Tristate Indonesia. 


"Revenue kami pasti turun, tapi bisnis pergudangan biayanya rendah dengan profitnya tinggi. Berbeda dengan benang revenuenya besar tapi profitnya kecil," tambah Franklin William Kayhatu, Komisaris Utama Evergreen Invesco.

Sejak November 2015, Evergreen telah menyewakan gudang seluas 13.000 meter persegi (m²) kepada PT Coca-Cola Amatil Indonesia. Gudang tersebut mereka sewakan seharga Rp 35.200 per m² per bulan. 

Adapun saat ini, perusahaan memiliki bangunan seluas 42.000 m² di atas lahan 10 hektare (ha). Sekitar 50% dari bangunan tersebut berupa kompleks gudang.

Supaya kontribusi bisnis gudang bisa mendulang lebih banyak, Evergreen berencana merenovasi gudang. "Kalau ada biaya, kami akan mempertinggi gudang," jelasnya.

Meski di bisnis benang, Evergreen tak lagi mengoperasikan pabrik, namun Evergreen masih memiliki stok benang sebanyak 11.000 bal senilai Rp 53 miliar. 

Evergreen memiliki dua anak usaha yakni PT Tristate Indonesia dan PT Pacific Multi Industri. PT Tristate Indonesia berbisnis pergudangan, sementara PT Pacific Multi Industri berbisnis benang yang tak lagi beroperasi.

Saat ini Franklin belum bisa memastikan, apakah akan melanjutkan bisnis benangnya atau tidak. 

"September nanti kami ambil keputusan, apakah berhenti operasi atau dilanjutkan lagi," jelas dia.

Seandainya operasional PT Pacific Multi Industri dioperasikan lagi, bakal ada pergantian jenis benang yang diproduksi. Pertimbangannya adalah, memproduksi benang yang bisa laris di pasaran. 

Merujuk laporan keuangan, Evergreen rugi Rp 11,06 miliar sepanjang 2015. Pendapatannya juga turun 9,15% menjadi Rp 113,8 miliar ketimbang tahun sebelumnya Rp 125,27 miliar.  Penurunan pendapatan karena turunnya penjualan kapas 40% dari Rp 24, 99 miliar tahun 2014 menjadi Rp 97,42 miliar di 2015. 

Selain tertekan ekonomi global dan maraknya produk China, masalah Evergreen diperparah dengan kenaikan tarif listrik. 

Di samping itu, permintaan benang juga menyusut. Krisis tersebut membuat Evergreen memangkas pekerja dari 500 orang menjadi 13 orang. 

"Karyawan kami rumahkan bertahap sejak September 2015," kata Wiwi Novianti, Sekretaris Perusahaan Evergreen Invesco.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan