HALMAHERA. Produsen benih sayuran, PT East West Seed Indonesia (Ewindo), melakukan pendampingan budidaya sayuran kepada petani Halmahera. Lewat program Alih Teknologi Pertanian, hasil produk sayuran di Halmahera diharapkan bisa terpenuhi secara mandiri. Afrizal Gindow, Sales Marketing Director PT East West Seed Indonesia menjelaskan program alih teknologi pertanian meliputi pengenalan dan intensifikasi budidaya sayuran kepada petani. Plus pendampingan teknis dan pelayanan penyuluhan. Program tersebut juga mengajarkan kelompok petani untuk dapat melakukan transfer teknologi. Pendampingan teknis dan program penyuluhan dilakukan melalui dua tahap. Pertama, perbaikan praktik pertanian agar hasil dan kualitas panen meningkat. Kedua, repitisi dan difusi pengetahuan teknis. Repitisi yang dimaksud adalah jika petani ingin menerapkan pengetahuan teknisnya di lahannya sendiri. Hasilnya nanti, petani mendapatkan keuntungan lebih. Misalnya, untuk petani bawang yang rata-rata memproduksi bawang sebesar 2 ton per 1.000 m2 dengan biaya Rp 2 juta. Harga jual bawang saat ini yang mencapai Rp 25.000 per kg maka petani bisa mendapatkan penghasilan Rp 48 juta untuk satu kali masa tanam. "Kami optimis petani Halmahera tidak lama lagi dapat memenuhi kebutuhan sayuran di wilayahnya sendiri dan wilayah Indonesia Timur," kata Afrizal pada Rabu (4/3). Selama ini, produksi sayuran petani belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Halmahera. Sehingga, sayuran segar didatangkan dari Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ewindo dorong petani Halmahera tingkatkan produksi
HALMAHERA. Produsen benih sayuran, PT East West Seed Indonesia (Ewindo), melakukan pendampingan budidaya sayuran kepada petani Halmahera. Lewat program Alih Teknologi Pertanian, hasil produk sayuran di Halmahera diharapkan bisa terpenuhi secara mandiri. Afrizal Gindow, Sales Marketing Director PT East West Seed Indonesia menjelaskan program alih teknologi pertanian meliputi pengenalan dan intensifikasi budidaya sayuran kepada petani. Plus pendampingan teknis dan pelayanan penyuluhan. Program tersebut juga mengajarkan kelompok petani untuk dapat melakukan transfer teknologi. Pendampingan teknis dan program penyuluhan dilakukan melalui dua tahap. Pertama, perbaikan praktik pertanian agar hasil dan kualitas panen meningkat. Kedua, repitisi dan difusi pengetahuan teknis. Repitisi yang dimaksud adalah jika petani ingin menerapkan pengetahuan teknisnya di lahannya sendiri. Hasilnya nanti, petani mendapatkan keuntungan lebih. Misalnya, untuk petani bawang yang rata-rata memproduksi bawang sebesar 2 ton per 1.000 m2 dengan biaya Rp 2 juta. Harga jual bawang saat ini yang mencapai Rp 25.000 per kg maka petani bisa mendapatkan penghasilan Rp 48 juta untuk satu kali masa tanam. "Kami optimis petani Halmahera tidak lama lagi dapat memenuhi kebutuhan sayuran di wilayahnya sendiri dan wilayah Indonesia Timur," kata Afrizal pada Rabu (4/3). Selama ini, produksi sayuran petani belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Halmahera. Sehingga, sayuran segar didatangkan dari Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News