EXCL klaim keuangannya aman pasca tambah utang



JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengklaim kondisi keuangan perseroan tetap aman usai menarik pinjaman dari induk usaha, Axiata Group Berhard.

Sebagaimana diketahui, EXCL baru saja meneken perjanjian pinjaman yang nilainya mencapai US$ 500 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun.

Manajemen EXCL dalam pengumuman resminya mengatakan, hingga 30 September 2013, total pinjaman EXCL mencapai Rp 17,54 triliun.


"Perseroan berkeyakinan, transaksi (pinjaman kepada Axiata) tidak akan mempengaruhi keadaan keuangan secara material," ujarnya.

EXCL menggunakan laporan keuangan September 2013 sebagai dasar valuasi. Namun, mengutip laporan keuangan perseroan per akhir Desember 2013, total pinjaman EXCL mencapai Rp 17,82 triliun.

Perseroan menunjuk kantor jasa penilai publik (KJPP) Yanuar Bey & Rekan (Y&R) untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran (fairness opinion) atas transaksi pinjam meminjam tersebut.

Berdasarkan hasil laporan Y&R, leverage keuangan EXCL dilihat dari rasio rata-rata utang terhadap ekuitas (DER) dan solvabilitas atau rasio rata-rata kewajiban terhadap aset (DAR) masih di bawah perusahaan-perusahaan pembanding.

Y&R mencatat, rata-rata DER dan DAR perusahaan sejenis per akhir September 2013 masing-masing sebesar 8.476,4% dan DAR 240,8%.

Menurut penelaahan Y&R, berdasarkan rencana bisnis perseroan, posisi DER mulai 2014 hingga 2018 mendatang secara berturut-turut sebesar 232,4%, 197,6%, 146,1%, 96%, dan 57%.

Sedangkan DAR sebesar 69,9%, 66,4%, 59,4%, 49%, dan 36,5%. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) EXCL tahun ini diproyeksikan sebesar Rp 8,97 triliun. Tahun 2015 diperkirakan akan mencapai Rp 10,58 triliun dan di 2016 menjadi Rp 12,18 triliun.

Selanjutnya, di tahun 1017 dan 2018 masing-masing akan mencapai Rp 13,99 triliun dan Rp 15,03 triliun. Perseroan juga membuat proyeksi utang berbasis bunga. Tahun ini diperkirakan jumlahnya mencapai Rp 27,05 triliun.

Dengan demikian, rasio utang terhadap EBITDA sekitar 3 kali. Tahun depan, utang berbunga EXCL ditaksir akan menipis menjadi Rp 23,83 triliun dan pada 2016 menjadi Rp 18,24 triliun. Maka rasio utang terhadap EBITDA pun akan menipis masing-masing menjadi 2,3 kali dan 1,5 kali.

Hingga 2017 dan 2018, rasio itu akan terus terkikis seiring dengan mengempisnya utang, yaitu menjadi 0,8 kali dan 0,3 kali. Pinjaman dari Axiata memang tidak ada kovenan. Sebagai informasi saja, pada beberapa perjanjian pinjam meminjam, terdapat batasan syarat rasio keuangan.

Batasan itu antara lain rasio utang terhadap EBITDA tidak lebih dari 4,5 kali. Oleh karena itu, Y&R berpendapat, transaksi pinjam meminjam ini ditjinjau dari segi ekonomis dan keuangan dinilai wajar. Tambahan informasi saja, masa jatuh tempo pinjaman dari Axiata ini adalah tiga tahun setelah tanggal pencairan. Adapun, bunga yang dibebankan sebesar 2,41%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri