EXCL menyiapkan belanja Rp 7 triliun



JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) mulai mematangkan rencana bisnis tahun depan. EXCL menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 7 triliun untuk 2017.

Presiden Direktur EXCL Dian Siswarini bilang, angka belanja modal ini memang relatif sama dengan alokasi tahun ini. Tapi, penggunaan capex justru akan lebih besar seiring dengan mulai fokusnya EXCL mengembangkan jaringan 4G.

"Karena pengembangan jaringan 4G lebih efisien, dengan anggaran yang sama tapi bisa mendapat kapasitas yang lebih besar," kata Dian di sela kegiatan Kompas 100 CEO Forum, Kamis (24/11).


Dian menambahkan, EXCL akan lebih gencar mengembangan jaringan kecepatan tinggi ini pada tahun depan. Sekadar informasi, sekitar 40% belanja modal EXCL tahun ini digunakan untuk pengembangan 4G LTE dan 60% untuk 3G.

Tahun depan, EXCL akan menggunakan 80% belanja untuk pengembangan 4G LTE. Artinya, porsi belanja akan berubah menjadi 80:20. "Masih bisa dari kas internal," tambah Dian.

Tahun depan, EXCL menargetkan pertumbuhan pendapatan antara 5%–6%. Pada periode sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan EXCL turun 5% menjadi Rp 16,08 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Lonjakan pendapatan data yang mencapai 27% jadi Rp 5,69 triliun tak mampu menutup penurunan pendapatan lainnya. Penurunan paling besar terjadi pada pendapatan non data sebesar 16% menjadi Rp 8,26 triliun, dari sebelumnya Rp 9,91 triliun.

Pendapatan jasa interkoneksi juga menurun 26% jadi Rp 1,35 triliun dari Rp 1,83 triliun. Pendapatan sewa menara dan sewa sirkit juga menurun masing-masing 1,2% dan 2,7% jadi Rp 393 miliar dan Rp 244 miliar.

Dian menyebut, proyeksi kenaikan pendapatan tahun depan bukan karena didorong oleh kenaikan pelanggan atau subscriber, melainkan nilai lebih atas produk yang dijual EXCL. Sebab, jika semua operator digabungkan, maka penetrasinya terhadap seluruh subscriber sudah hampir penuh.

"Jadi, sekarang tinggal bagaimana cara memberikan nilai tambah khususnya bagi para konsumen," kata Dian.

Kendati mencatat penurunan pendapatan, laba bersih EXCL justru membaik. EXCL mencatat laba bersih Rp 160 miliar per akhir September 2016. Pada periode yang sama tahun lalu, EXCL merugi Rp 507 miliar.

Salah satu penyebab perbaikan kinerja adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). EXCL juga dapat keuntungan dari penjualan menara ke Protelindo. Dian masih enggan merinci target laba bersihnya tahun depan.

"Yang pasti, tahun lalu merupakan tahun konsolidasi, perbaikan balance sheet dan sebagainya. Sekarang sudah tuntas semua, jadi kami yakin tahun depan lebih baik lagi," tuturnya.

Indra Cahya dan Ranjan Sharma, Analis JP Morgan Securities, menyebut, potensi perubahan aturan penyelenggaraan telekomunikasi, terutama kewajiban emiten melakukan network sharing akan menguntungkan EXCL.

"Ini akan mengurangi biaya jaringan EXCL, terutama di luar pulau Jawa," ungkap kedua analis dalam riset 22 November lalu. Tapi, JP Morgan menurunkan rekomendasi EXCL dari overweight dengan target harga Rp 3.920 menjadi neutral dengan target harga Rp 2.550.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie