JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) masih membukukan kinerja negatif di kuartal I-2015. Pada kuartal pertama tahun ini EXCL menanggung rugi bersih Rp 758 miliar dibanding periode sama tahun lalu di mana perseroan mengantongi laba bersih Rp 378,98 miliar. Pendapatan EXCL turun tipis menjadi Rp 5,48 triliun dari sebelumnya Rp 5,51 triliun. Sementara di sisi lain perseroan harus menanggung beban yang kian membengkak. Analis MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, sektor telekomunikasi masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan bisnisnya. Sebab sektor ini butuh modal cukup besar guna ekspansi. Apalagi semakin pesatnya pertumbuhan teknologi memaksa emiten telekomunikasi menyediakan teknologi canggih bagi pelanggan. Untuk itu emiten telekomunikasi mencari dana ekspansi dengan menggunakan pinjaman. "Hal ini yang menjadi beban besar sehingga menyebabkan rugi bersih," ujar Reza kepada KONTAN, Rabu (6/5). Beban EXCL pun semakin bertambah lantaran ada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Maklum EXCL memiliki utang cukup besar dalam valuta asing. Sebagian belanja modal EXCL juga menggunakan dollar AS. Meski beban kian membengkak, emiten telekomunikasi termasuk EXCL kesulitan menggenjot pendapatan. Soalnya ada persaingan harga antar penyedia layanan telekomunikasi yang akhirnya menekan margin. "Kalau dilihat dua hingga tiga tahun terakhir pendapatan sektor telekomunikasi hanya bisa tumbuh maksimal 2%," imbuh Reza. Untuk itu, efisiensi menjadi kunci penting bagi kinerja sektor telekomunikasi. Selain mengurangi utang, Reza berharap EXCL dapat menekan berbagai biaya. Reza merekomendasikan hold saham EXCL dengan target harga Rp 4.300 per saham. Pada perdagangan Rabu (6/5) harga saham EXCL turun 1,19% ke level Rp 4.150 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
EXCL perlu lakukan efisiensi dan kurangi utang
JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) masih membukukan kinerja negatif di kuartal I-2015. Pada kuartal pertama tahun ini EXCL menanggung rugi bersih Rp 758 miliar dibanding periode sama tahun lalu di mana perseroan mengantongi laba bersih Rp 378,98 miliar. Pendapatan EXCL turun tipis menjadi Rp 5,48 triliun dari sebelumnya Rp 5,51 triliun. Sementara di sisi lain perseroan harus menanggung beban yang kian membengkak. Analis MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, sektor telekomunikasi masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan bisnisnya. Sebab sektor ini butuh modal cukup besar guna ekspansi. Apalagi semakin pesatnya pertumbuhan teknologi memaksa emiten telekomunikasi menyediakan teknologi canggih bagi pelanggan. Untuk itu emiten telekomunikasi mencari dana ekspansi dengan menggunakan pinjaman. "Hal ini yang menjadi beban besar sehingga menyebabkan rugi bersih," ujar Reza kepada KONTAN, Rabu (6/5). Beban EXCL pun semakin bertambah lantaran ada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Maklum EXCL memiliki utang cukup besar dalam valuta asing. Sebagian belanja modal EXCL juga menggunakan dollar AS. Meski beban kian membengkak, emiten telekomunikasi termasuk EXCL kesulitan menggenjot pendapatan. Soalnya ada persaingan harga antar penyedia layanan telekomunikasi yang akhirnya menekan margin. "Kalau dilihat dua hingga tiga tahun terakhir pendapatan sektor telekomunikasi hanya bisa tumbuh maksimal 2%," imbuh Reza. Untuk itu, efisiensi menjadi kunci penting bagi kinerja sektor telekomunikasi. Selain mengurangi utang, Reza berharap EXCL dapat menekan berbagai biaya. Reza merekomendasikan hold saham EXCL dengan target harga Rp 4.300 per saham. Pada perdagangan Rabu (6/5) harga saham EXCL turun 1,19% ke level Rp 4.150 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News