Eximbank cari pinjaman US$ 600 juta di luar negeri



JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia alias Indonesia Eximbank tengah mencari pinjaman sindikasi US$ 600 juta dari bank mitra di luar negeri. Pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan ekspansi pembiayaan perseroan yang ditargetkan mencapai Rp 60 triliun – Rp 62 triliun di tahun ini.

Basuki Setyadjid, Direktur Pelaksana III Indonesia Eximbank mengakui, pihaknya telah mengajukan proposal pinjaman sindikasi. Jika tidak ada aral melintang, dananya akan cair dalam 2 – 3 bulan ke depan.

“Ini sebagian dari kebutuhan pendanaan tahun ini yang sebesar US$ 1,3 miliar,” terang dia kepada KONTAN, Jumat (30/1).


Menurut dia, selain dari pinjaman, perseroan mengandalkan sumber dana dari penerbitan obligasi. Namun, ia masih enggan merinci apakah kebutuhan dana US$ 700 juta akan diperoleh seluruhnya melalui penerbitan surat utang. “Tetapi, itu nanti lah, kami kejar US$ 600 juta dulu,” ujarnya.

Sebelumnya, Ngalim Sawega, Ketua Dewan Direktur dan Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank bilang, pihaknya mematok pertumbuhan pembiayaan sebesar 20% hingga akhir tahun ini. Yakni, dari target tahun lalu yang sebesar Rp 49 triliun menjadi sedikitnya Rp 60 triliun. Meski demikian, realisasi akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp 53 triliun.

Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat tren pertumbuhan penyaluran pembiayaan Indonesia Eximbank rata-rata lebih tinggi ketimbang industri perbankan yang diperkirakan antara 15% - 17%. Selain itu, Indonesia Eximbank merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam penyaluran pembiayaan ekspor.

Anggaran pemerintah dalam APBN sektor infrastruktur meningkat 100% menjadi Rp 140 triliun membuat perseroan optimis. “Itu artinya, pemerintah betul-betul konkret. Kami juga ingin begitu,” terang Ngalim.

Di tahun kambing kayu, Indonesia Eximbank bercita-cita menjaga rasio kecukupan modalnya pada level 16% - 17%. Ini sesuai harapan investor. Saat ini, rasio kecukupan modal perseroan masih berkisar 20%. Untuk menjaga rasio permodalannya, tahun depan, perseroan akan menerima suntikan modal senilai Rp 1 triliun.

“Modal awal Rp 4 miliar, tambah Rp 1 triliun di 2010 dan Rp 1 triliun di 2014. Tahun ini akan ditambah lagi Rp 1 triliun,” tutur Ngalim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan