JAKARTA. PT Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 1,29 triliun pada semester II ini. Obligasi ini merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan I dengan total target dana yang dihimpun Rp 10, 5 triliun.Arifin Indra S, Senior Managing Director Indonesia Eximbank mengatakan waktu penerbitan secara rinci akan ditentukan lebih lanjut. Sebab, saat ini perusahaan masih fokus menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2014 sebagai acuan bisnis. RKAT tersebut harus rampung Oktober mendatang."Selain itu, kami juga akan melihat kondisi pasar yang tepat untuk penerbitan obligasi," kata Arifin, Kamis (27/6).Sekadar catatan, perusahaan telah menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I senilai Rp 3,25 triliun pada 20 Desember 2011 dan tahap II senilai Rp 2,1 triliun pada 27 November 2012. Adapun tahap III telah dilakukan pada Mei 2013 senilai Rp 3,86 triliun."Sisa PUB (penawaran umum berkelanjutan) akan kami habiskan di tahun ini," kata Arifin.Rencananya, obligasi ini akan diterbitkan dalam tenor pendek di bawah lima tahun. Penerbitan obligasi ini dilakukan untuk menjaga aset dan pembiayaan ekspor. Tak akan terbitkan global bond Menurut Arifin, tahun 2013 pemerintah memperkirakan ekspor Indonesia sekitar US$198 miliar atau tumbuh ketimbang tahun lalu yang sekitar US$190 miliar. Tahun 2014, pemerintah memproyeksikan ekspor mencapai US$204 miliar hingga US$205 miliar."Artinya kebutuhan pembiayaan kami juga mengikuti estimasi pertumbuhan ekspor pemerintah tersebut," kata Arifin.Tahun ini perusahaan berencana menyalurkan kredit ekspor hingga Rp 36 triliun. Perusahaan menargetkan pertumbuhan kredit 37,5% daripada tahun lalu yang sebesar Rp 26,18 triliun. Selain dari obligasi, kebutuhan pendanaan dengan mata uang rupiah akan dipenuhi dari modal kerja.Sedangkan kebutuhan pendanaan dalam valuta asing akan dipenuhi dari pinjaman billateral, sindikasi dan global bond. Namun, tahun ini perusahaan tidak akan menerbitkan global bond karena kebutuhan pendanaan dalam valas sudah terpenuhi dari pinjaman sindikasi senilai US$500 juta."Kami sudah menerima pinjaman sindikasi dollar AS US$ 500 juta dengan tenor tiga tahun dan sebagai mandated lead arrangers and bookrunners-nya adalah Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Mizuho Bank, dan OCBC Singapura," tutur Arifin.
Eximbank menerbitkan obligasi Rp 1,29 triliun
JAKARTA. PT Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 1,29 triliun pada semester II ini. Obligasi ini merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan I dengan total target dana yang dihimpun Rp 10, 5 triliun.Arifin Indra S, Senior Managing Director Indonesia Eximbank mengatakan waktu penerbitan secara rinci akan ditentukan lebih lanjut. Sebab, saat ini perusahaan masih fokus menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2014 sebagai acuan bisnis. RKAT tersebut harus rampung Oktober mendatang."Selain itu, kami juga akan melihat kondisi pasar yang tepat untuk penerbitan obligasi," kata Arifin, Kamis (27/6).Sekadar catatan, perusahaan telah menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I senilai Rp 3,25 triliun pada 20 Desember 2011 dan tahap II senilai Rp 2,1 triliun pada 27 November 2012. Adapun tahap III telah dilakukan pada Mei 2013 senilai Rp 3,86 triliun."Sisa PUB (penawaran umum berkelanjutan) akan kami habiskan di tahun ini," kata Arifin.Rencananya, obligasi ini akan diterbitkan dalam tenor pendek di bawah lima tahun. Penerbitan obligasi ini dilakukan untuk menjaga aset dan pembiayaan ekspor. Tak akan terbitkan global bond Menurut Arifin, tahun 2013 pemerintah memperkirakan ekspor Indonesia sekitar US$198 miliar atau tumbuh ketimbang tahun lalu yang sekitar US$190 miliar. Tahun 2014, pemerintah memproyeksikan ekspor mencapai US$204 miliar hingga US$205 miliar."Artinya kebutuhan pembiayaan kami juga mengikuti estimasi pertumbuhan ekspor pemerintah tersebut," kata Arifin.Tahun ini perusahaan berencana menyalurkan kredit ekspor hingga Rp 36 triliun. Perusahaan menargetkan pertumbuhan kredit 37,5% daripada tahun lalu yang sebesar Rp 26,18 triliun. Selain dari obligasi, kebutuhan pendanaan dengan mata uang rupiah akan dipenuhi dari modal kerja.Sedangkan kebutuhan pendanaan dalam valuta asing akan dipenuhi dari pinjaman billateral, sindikasi dan global bond. Namun, tahun ini perusahaan tidak akan menerbitkan global bond karena kebutuhan pendanaan dalam valas sudah terpenuhi dari pinjaman sindikasi senilai US$500 juta."Kami sudah menerima pinjaman sindikasi dollar AS US$ 500 juta dengan tenor tiga tahun dan sebagai mandated lead arrangers and bookrunners-nya adalah Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Mizuho Bank, dan OCBC Singapura," tutur Arifin.