Exxon merugi US$ 1,1 miliar selama kuartal II 2020



KONTAN.CO.ID - EXXON merugi US$ 1,1 miliar selama kuartal II 2020 sebagai dampak kelebihan pasokan global dan imbas dari pandemi Covid-19. Ini merupakan kerugian pada kuartal kedua secara berturut – turut bagi perusahaan.

Perusahaan juga kehilangan 70 sen per saham, sementara nilai pemasukan US$ 32,61 miliar. Padahal tahun lalu, Exxon masih mencatatkan 73 sen per saham dengan pendapatan US$ 69,09 miliar.

Analis memperkirakan perusahaan akan melaporkan kerugian  61 sen per saham di kuartal II, dengan pendapatan sebesar US$ 38,15 miliar berdasarkan perkiraan data Refinitiv.

Baca Juga: Gagal bujuk perusahaan minyak, Irak hanya pangkas produksi minyak 700.000 per hari

Setelah diperdagangkan di zona merah, nilai saham Exxon sempat turun dan pada penutupan perdagangan lebih tinggi 0,5%.

“Kondisi pandemi global dan kelebihan pasokan secara signifikan mempengaruhi hasil keuangan di kuartal II sehingga harga, margin dan volume penjualan lebih rendah,” kata CEO Exxon Darren Woods dilansir dari CNBC, Jumat (31/7).

“Kami telah meningkatkan utang di level yang dirasa sesuai kebutuhan likuiditas, di tengah ketidakpastian pasar. Berdasarkan proyeksi saat ini, kami tidak punya rencana untuk mengambil utang tambahan apapun,” tambahnya.

Produksi minyak turun 7% secara year on year (yoy) dan perusahaan mencatatkan, harga rata – rata minyak mentah dan gas alam lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah turun lebih 30% tahun ini. Hal ini memaksa perusahaan – perusahaan di sektor energi untuk memangkas biaya pengeluaran dan dalam beberapa kasus, memotong dividen mereka.

Baca Juga: Virus corona menyebar, harga minyak masih akan melandai

Tetapi menjelang hasil kuartalannya, sekali lagi Exxon menyatakan tidak punya rencana memangkas dividen. Dividen kuartal ketiga akan menjadi 87 sen, menurut pertanyaan perusahaan.

Pada kuartal pertama, raksasa minyak itu rugi U$ 610 juta karena penurunan harga minyak. Exxon membukukan kerugian GAAP 14 sen per saham, dan laba non-GAAP 53 sen per saham. Pendapatan juga turun menjadi US$ 56,16 miliar.

Editor: Yudho Winarto