Exxon Tingkatkan Produksi Minyak di Kuartal I 2023



KONTAN.CO.ID - IRVING. Exxon Mobil, perusahaan minyak dan gas multinasional, berhasil meningkatkan labanya lebih dari dua kali lipat selama kuartal pertama tahun 2023.

Perusahaan ini berhasil memproduksi lebih banyak minyak untuk mengimbangi harga-harga energi yang telah menurun selama periode ketidakpastian ekonomi. 

Seperti dilansir Associated Press, pada Sabtu (29/4), produksi bersih minyak dan gas Exxon meningkat hampir 300.000 barel minyak per hari dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, satu barel minyak mentah Amerika Serikat (AS) diperdagangkan di atas US$ 100, sekitar 30% lebih tinggi daripada saat ini yang terjadi karena invasi Rusia ke Ukraina.


Baca Juga: Turun Sepekan, Harga Minyak Masih Menguat Sepanjang April 2023

Sebulan setelah invasi ke Ukraina dimulai, Exxon mengatakan bahwa mereka akan menarik diri dari Rusia. Exxon memiliki operasional bernilai lebih dari US$ 4 miliar di kawasan ini dan menghentikan investasi baru di negara tersebut.

Pada bulan Oktober 2022, perusahaan ini mengatakan bahwa operasinya telah diambil alih oleh Moskow setelah mencoba untuk menghentikannya secara tertib. Sejak saat itu, Exxon meningkatkan produksi di Guyana sebesar 40%.

Pada kuartal pertama tahun ini, Exxon mencatat rekor laba sebesar US$ 11,43 miliar atau US$ 2,79 per saham. Laba per saham yang disesuaikan mencapai US$ 2,83, melampaui proyeksi Wall Street sebesar US$ 2,65.

Angka ini lebih dari dua kali lipat dari laba yang diperoleh pada kuartal pertama tahun lalu, yakni US$ 5,48 miliar atau US$ 1,28 per saham.

Baca Juga: Wall Street Menguat, Kinerja Kuat Emiten Mengimbangi Prospek Perlambatan Ekonomi

Pendapatan perusahaan yang berbasis di Irving, Texas, ini mencapai US$ 86,56 miliar. Pendapatan Exxon turun dari US$ 90,5 miliar tahun sebelumnya dan hanya sedikit di bawah ekspektasi para analis.

Namun, harga per barel minyak mentah di AS telah turun lebih dari 6% tahun ini dan turun 29% selama 12 bulan terakhir. Bank-bank sentral telah berusaha untuk mendinginkan ekonomi mereka masing-masing karena inflasi yang tinggi dan bukti-bukti dari manuver-manuver tersebut telah mulai terlihat.

AS melaporkan minggu ini bahwa ekonominya melambat tajam dari Januari hingga Maret, melambat menjadi hanya 1,1% per tahun karena suku bunga yang lebih tinggi menghantam pasar perumahan dan perusahaan-perusahaan mengurangi persediaan mereka.

Editor: Wahyu T.Rahmawati