KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dorong pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah padat dari proses pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai produk bernilai ekonomi, Kementerian ESDM gandeng Kementerian PUPR untuk pemanfaatan limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang lebih optimal ke depan. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, kalau hasil pengujian menunjukkan kandungan radionuklida pada FABA masih memenuhi konsentrasi yang dipersyaratkan pada PP Nomor 22 Tahun 2021. Dimana, batubara secara alami mengandung sejumlah radionuklida seperti Ra-226, Th-232, K-40, U-235, U-238 dan Pb-210. Asal tahu saja, di 2019 sebanyak 9,7 juta ton FABA dihasilkan dari 97 juta ton batubara yang digunakan PLTU. Proyeksinya, di 2028 produksi FABA bisa meningkat hingga 15,3 juta ton dari kebutuhan batubara yang mencapai 153 juta ton untuk PLTU.
FABA dari PLTU yang selama ini ditumpuk dapat diserap untuk kebutuhan konstruksi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dorong pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah padat dari proses pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai produk bernilai ekonomi, Kementerian ESDM gandeng Kementerian PUPR untuk pemanfaatan limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang lebih optimal ke depan. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, kalau hasil pengujian menunjukkan kandungan radionuklida pada FABA masih memenuhi konsentrasi yang dipersyaratkan pada PP Nomor 22 Tahun 2021. Dimana, batubara secara alami mengandung sejumlah radionuklida seperti Ra-226, Th-232, K-40, U-235, U-238 dan Pb-210. Asal tahu saja, di 2019 sebanyak 9,7 juta ton FABA dihasilkan dari 97 juta ton batubara yang digunakan PLTU. Proyeksinya, di 2028 produksi FABA bisa meningkat hingga 15,3 juta ton dari kebutuhan batubara yang mencapai 153 juta ton untuk PLTU.