SAN FRANCISCO. Raksasa teknologi Facebook Inc terus melebarkan sayap bisnisnya. Kali ini Facebook berencana untuk membangun produksi berita berbayar kepada sejumlah pelanggannya. Facebook sedang dalam pembicaraan awal dengan sejumlah perusahaan media untuk membangun situs media sosialnya dalam memproduksi berita. Kepala Mitra Berita Facebook Campbell Brown dalam keterangan tertulis yang dikutip Reuters menjelaskan bahwa perusahaan sedang berencana meluncurkan produk berita berbasis pelanggan. TheStreet yang pertama kali melaporkan rencana tersebut menyebut Facebook akan memulainya pada awal Oktober mendatang. "Fitur ini memungkinkan sejumlah perusahaan media dapat membuat dinding berbayar atau paywall di fitur yang bernama Artikel Instan," kata Campbell dikutip Reuters, Kamis (20/7). Paywall akan membawa pembaca ke beranda tayangan untuk memilih layanan digital yang diiginkan. Artikel Instan memungkinkan perusahaan media untuk mengirimkan artikelnya langsung ke aplikasi Facebook. Sebagai permulaan Facebook akan membatasi 10 jumlah cerita yang dapat diakses dalam Artikel Instan. Kemudian mengiring pembaca ke halaman depan media untuk mempertimbangkan membelinya sebagai langganan. Lawan Fake News Paywall hanya akan diberikan kepada pelanggan premium. Demi mendukung kesuksesan bisnis tersebut Facebook telah meluncurkan alat baru yang memungkinkan penayang menggunakan Artikel Instan untuk mengukur kinerja artikel dibandingkan dengan situs web seluler mereka sendiri. Dengan layanan berlangganan ini, Facebook membuka cara lain untuk menghasilkan uang dari platformnya. Facebook juga akan menguji iklan video mid-roll yang rencananya akan diluncurkan untuk semua orang. Layanan berita berlangganan ini digagas, atas protes dari sejumlah Aliansi Media Berita di Amerika Serikat dan Kanada. Mereka memprotes tampilan berita yang dimuat Google dan Facebook membuatnya harus tunduk dengan ketentuan raksasa teknologi tersebut. The Guardian melaporkan sejumlah 2.000 organisasi berita di AS dan Kanada menyebut mereka terpaksa menyerahkan kontennya mereka dan tunduk aturan Facebook dan Google dalam memilih prioritas berita yang ditampilkan. Akibatnya sulit untuk membedakan mana berita palsu atau atau berita nyata. Menggapi hal ini Brown mengaku tetap berkomitmen membantu para pegiat jurnalistik berkualitas berkembang di Facebook.
Facebook bakal jualan layanan berita berbayar
SAN FRANCISCO. Raksasa teknologi Facebook Inc terus melebarkan sayap bisnisnya. Kali ini Facebook berencana untuk membangun produksi berita berbayar kepada sejumlah pelanggannya. Facebook sedang dalam pembicaraan awal dengan sejumlah perusahaan media untuk membangun situs media sosialnya dalam memproduksi berita. Kepala Mitra Berita Facebook Campbell Brown dalam keterangan tertulis yang dikutip Reuters menjelaskan bahwa perusahaan sedang berencana meluncurkan produk berita berbasis pelanggan. TheStreet yang pertama kali melaporkan rencana tersebut menyebut Facebook akan memulainya pada awal Oktober mendatang. "Fitur ini memungkinkan sejumlah perusahaan media dapat membuat dinding berbayar atau paywall di fitur yang bernama Artikel Instan," kata Campbell dikutip Reuters, Kamis (20/7). Paywall akan membawa pembaca ke beranda tayangan untuk memilih layanan digital yang diiginkan. Artikel Instan memungkinkan perusahaan media untuk mengirimkan artikelnya langsung ke aplikasi Facebook. Sebagai permulaan Facebook akan membatasi 10 jumlah cerita yang dapat diakses dalam Artikel Instan. Kemudian mengiring pembaca ke halaman depan media untuk mempertimbangkan membelinya sebagai langganan. Lawan Fake News Paywall hanya akan diberikan kepada pelanggan premium. Demi mendukung kesuksesan bisnis tersebut Facebook telah meluncurkan alat baru yang memungkinkan penayang menggunakan Artikel Instan untuk mengukur kinerja artikel dibandingkan dengan situs web seluler mereka sendiri. Dengan layanan berlangganan ini, Facebook membuka cara lain untuk menghasilkan uang dari platformnya. Facebook juga akan menguji iklan video mid-roll yang rencananya akan diluncurkan untuk semua orang. Layanan berita berlangganan ini digagas, atas protes dari sejumlah Aliansi Media Berita di Amerika Serikat dan Kanada. Mereka memprotes tampilan berita yang dimuat Google dan Facebook membuatnya harus tunduk dengan ketentuan raksasa teknologi tersebut. The Guardian melaporkan sejumlah 2.000 organisasi berita di AS dan Kanada menyebut mereka terpaksa menyerahkan kontennya mereka dan tunduk aturan Facebook dan Google dalam memilih prioritas berita yang ditampilkan. Akibatnya sulit untuk membedakan mana berita palsu atau atau berita nyata. Menggapi hal ini Brown mengaku tetap berkomitmen membantu para pegiat jurnalistik berkualitas berkembang di Facebook.