KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Facebook Inc membekukan akun facebook konsultasi politik Kanada, AggregateIQ, setelah masuk laporan yang menyebutkan perusahaan konsultan politik tersebut itu mungkin secara tidak benar memiliki akses ke data pribadi pengguna Facebook. Mengutip Reuters, Jumat (6/4), Facebook berada di bawah tekanan kuat setelah data jutaan penggunanya berakhir di tangan konsultan politik Cambridge Analytica. Christopher Wylie, seorang whistleblower yang pernah bekerja di Cambridge Analytica, mengatakan bahwa konsultan politik dari Inggris tersebut juga bekerjasama dengan perusahaan Kanada, AggregateIQ. "Mengingat laporan baru-baru ini bahwa AggregateIQ mungkin berafiliasi dengan Strategic Communication Laboratories (SCL) dan dari afiliasi tersebut ada kemungkinan AggregateIQ telah menerima data user secara tidak benar. Maka kami telah menambahkannya ke daftar entitas yang diskors dari platform kami sementara kami menyelidiki," ungkap Facebook dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters.
Facebook bekukan AggregateIQ menyusul laporan skandal pelanggaran privasi user
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Facebook Inc membekukan akun facebook konsultasi politik Kanada, AggregateIQ, setelah masuk laporan yang menyebutkan perusahaan konsultan politik tersebut itu mungkin secara tidak benar memiliki akses ke data pribadi pengguna Facebook. Mengutip Reuters, Jumat (6/4), Facebook berada di bawah tekanan kuat setelah data jutaan penggunanya berakhir di tangan konsultan politik Cambridge Analytica. Christopher Wylie, seorang whistleblower yang pernah bekerja di Cambridge Analytica, mengatakan bahwa konsultan politik dari Inggris tersebut juga bekerjasama dengan perusahaan Kanada, AggregateIQ. "Mengingat laporan baru-baru ini bahwa AggregateIQ mungkin berafiliasi dengan Strategic Communication Laboratories (SCL) dan dari afiliasi tersebut ada kemungkinan AggregateIQ telah menerima data user secara tidak benar. Maka kami telah menambahkannya ke daftar entitas yang diskors dari platform kami sementara kami menyelidiki," ungkap Facebook dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters.