Facebook klaim telah hapus 1,5 juta video teror penembakan di mesjid Selandia Baru



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Jejaring akun sosial Facebook menghadapi banyak kecaman lewat beredarnya video aksi teror penembakan di masjid Al Noor di Christchurch akhir pekan lalu. Setelah mendapat banyak perminatan, Facebook pun mulai menghapus video-video tersebut.

Dilansir dari CNN, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern telah meminta Facebook untuk mengatasi peredaran rekaman aksi kejam tersebut. Permintaan tersebut segera ditanggapi Facebook. 

Melalui akun Twitter resminya, Facebook mengklaim telah menghapus 1,5 juta video di seluruh dunia dalam 24 jam setelah video tersebut diunggah ke jejaring sosialnya. Dari jumlah itu, 1,2 juta video langsung diblokir saat pertama kali diunggah. 


Tak hanya video asli, video penembakan yang telah hasil editan juga telah dihapus. "Untuk menghormati orang-orang yang terkena dampak dari tragaedi ini, ditambah keprihatinan dari otoritas setempat, kami menghapus semua versi video hasil editing yang menunjukkan konten kekerasan," ujar Mia Garlick, perwakilan Facebook Selandia Baru. 

Setelah insiden penembakan terjadi, Facebook juga mengatakan telah menarik semua posting yang berisi pujian atau dukungan pada aksi ini, sekaligus bekerjasama dengan polisi Selandia Baru untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. 

Sebelumnya, pelaku sengaja merakam aksi penambakan tersebut bahkan menyiarkannya secara langsung. Sang pelaku diduga memliki motif yang mendukung agenda anti-imigran dan supremasi kulit putih. 

Meski banyak warga dunia yang prihatin dan menunjukan empati, tapi tak sedikit pula yang menyelipkan video aksi keji tersebut ke barbagai platform media sosial, seperti YouTube, Instagram, atau Twitter. 

Di sisi lain Facebook menyebut pihaknya memadukan teknik moderasi manual dari tenaga manusia yang didukung dengan teknologi khusus untuk melacak penyebaran video dan menghapusnya. 

Selain Facebook, Youtube juga telah melakukan yang sama. Melalui akun Twitter resminya YouTube menyatakan akan menghapus semua rekaman yang berkaitan dengan insiden ini. 

"Hati kita hancur karena tragedi mengerikan di Selandia baru. Kami berupaya untuk menghapus rekaman kekerasan apa pun," tulis keterangan YouTube .

Editor: Tendi Mahadi