KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertamina NRE anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang usianya masih seumur jagung sudah diberi tanggung jawab untuk mengembangkan bisnis masa depan Pertamina, yakni energi baru terbarukan. Untuk itu, perusahaan ditugaskan mencari strategic partnership dalam mengembangkan bisnis energi bersih kedepan. Pertamina NRE yang memiliki nama badan usaha PT Pertamina Power Indonesia ini awalnya adalah anak usaha sendiri dari Pertamina di bidang pembangkit listrik. Namun, ketika ada restrukturisasi organisasi di tubuh Pertamina, maka Pertamina NRE menjadi Power & New Renewable Energy (NRE) Subholding. Saat itu pula dia memiliki anak usaha PT Pertamina Geothermal Energi Tbk dan PT Jawa Satu Power.
Saat PGE akan melantai di bursa efek Indonesia, perusahaan harus memperkuat fundamental internal agar investor tertarik untuk membeli. Saat ini, Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman mengatakan pihaknya membuat growth story agar para investor mengetahui proyek-proyek PGE di panas bumi. "PGE itu sudah 40 tahun mengelola panas bumi, itu harus diketahui calon investor," kata dia, kemarin. Fadli mengatakan, secara paralel manajemen juga melakukan pendekatan untuk mendapat restu dari DPR dan Kementerian ESDM. Sementara dari Kementerian BUMN sangat mendukung karena ide untuk mencari strategic partnership itu memang awalnya berasal dari Menteri BUMN Erick Thohir. "Proses government dijaga, DPR merestui, dan Kementerian ESDM juga. Kemudian kami jalan," terang Fadli. Setelah sudah banyak investor mendengar, ada sekitar lima investor kakap baik dari lokal dan asing yang berminat menjadi investor strategic PGE. Dari kelima investor itu kemudian mengerucut kepada Masdar, perusahaan energi bersih asal UEA. Setelah mereka berminat untuk menjadi mitra PGE sebelum IPO, ada beberapa diskusi teknis yang harus dilakukan untuk mencapai kesepakatan. "Pas negosaisi dengan Masdar, sebulan dua bulan gak maju maju. Suatu malam saya diminta untuk negosiasi sebab mentok nih sama Masdar. Ini memang meeting pada level detil, misalnya berapa direksi ditaruh, komisaris, kewenangan kayak apa, harus ada yang paham. Bahasa legal dan teknis. Misalnya kenapa harus ngebor 3 sumur, Masdar maunya 2 sumur saja. Ini gak mudah soal rencana pengembangan PGE setelah itu. Kemudian, strategi negosiasi saya jalankan sampai ke level detil yang dibahas," imbuh dia.
Fadli masih ingat saat itu, dia mesti meeting Indonesia-Singapura untuk mencapai kesepakatan dengan Masdar sebelum IPO terjadi. "Dua bulan di Indonesia-Singapura bisa sampai jam 3 pagi kalua meeting, pasal per pasal dibahas," terang dia. Kata Fadli, untuk mendapatkan strategic partnership seperti Masdar. Namun, setelah proses itu dilalui dan akhirnya Masdar menjadi partner PGE saat IPO dengan menggenggam 15% saham PGEO, pihaknya lega. Apalagi, saat ini Harga saham PGEO sudah dua kali lipat dari Harga penawaran perdana. Harga saham PGEO saat penawaran perdana Rp 875 per saham, sedangkan saat ini sudah mencapai Rp 1.200 per saham. Dengan kenaikan Harga saham yang baik itu Masdar kemudian membuka jaringan bisnisnya di berbagai negara. "Kami ditawari untuk bisa joint proyek lagi di berbagai negara dengan Masdar. Saya rasa ini strategic partnership yang sukses dan bisa menjadi pelajaran kita," terang dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini