JAKARTA. Pelemahan industri kertas di Tanah Air tak membuat manajemen PT Fajar Surya Wisesa Tbk lesu darah menghadapi tantangan bisnis. Perusahaan yang memproduksi kertas kemasan ini berharap kondisi bisnisnya akan membaik tahun depan. Perusahaan yang tercatat berdiri tahun 1988 ini juga optimistis membukukan penjualan Rp 6 triliun tahun depan. Keyakinan manajemen emiten berkode saham FASW ini tak lepas dari proyeksi pertumbuhan makanan, selaku sektor industri pelanggan kertas mereka. "Kami melihat perusahaan barang konsumsi seperti Indofood, Unilever dan Wings menambah kapasitas produksi tahun depan. Ini berdampak langsung ke penjualan kertas kemasan kami," ujar Yustinus Yusuf Kusumah, Direktur Utama PT Fajar Surya Wisesa Tbk, Selasa (22/12).
Fajar Surya Wisesa memiliki portofolio pelanggan dari merek makanan ternama. Makanya, ekspansi industri makanan besar akan mendatangkan berkah ke Fajar Surya Wisesa, Agar bisa mengikuti ekspansi pelanggan, Fajar Surya Wisesa berencana mengoptimalkan lini produksi. Jika selama ini, utilitas dari lima mesin kertas Fajar Surya hanya 90%, tahun depan akan naik menjadi 100%. Yustinus juga yakin, penjualan mereka di pasar domestik akan pulih di tahun depan. Meski begitu, sampai akhir kuartal III-2015, penjualan domestik FASW turun 16,95% (lihat tabel). Adapun di pasar ekspor, penjualan Fajar Surya Wisesa naik tipis 2,3%. Kontribusi pasar domestik tahun depan diharapkan bisa mencapai 85%, sisanya 15% dari kontribusi ekspor. "Menurut estimasi kami, kebutuhan kertas domestik akan naik tahun depan," jelas Yustinus. Yustinus menyebut, tujuan utama perusahaan ini menyasar ekspor tak lain agar mereka bisa melakukan lindung nilai alias hedging secara alami atau natural hedging. Ekspor produk FASW ke kawasan Asia Tenggara dan kawasan Timur Tengah. Optimalkan produksi Selain mengoptimalkan mesin yang ada, FASW juga menambah mesin ke-6 (PM 8), sekaligus membangun pembangkit listrik. Mesin anyar ini akan menambah kapasitas produksi dari 1,2 juta ton per tahun menjadi 1,55 juta ton per tahun. Kedua proyek ini diharapkan bisa terealisasi pada kuartal I-2016. Soal dana ekspansi tahun 2016, manajemen FASW mengalokasikan belanja modal US$ 165 juta. "Dananya dari sindikasi pinjaman sejak 2013," imbuhnya. Sayang, Yustinus enggan merinci target laba perusahaan ini. Ia hanya bilang, perolehan laba tahun depan bergantung pada stabilitas nilai tukar rupiah. Maklum, Fajar Surya Wisesa mengempit utang bermata uang dollar AS. Meski secara operasional mereka tak merugi, namun beban utang perusahaan ini cukup besar. Utang dalam dollar AS bahkan membuat FASW harus menanggung rugi di kuartal III-2015 yakni sebesar Rp 428,96 miliar.
Meski begitu, manajemen FASW belum akan mengonversi utangnya menjadi rupiah. Yustinus beralasan, pinjaman dalam bentuk dollar saat ini masih cukup ideal bagi mereka karena bunganya rendah. Dananya bisa langsung untuk membiayai kebutuhan belanja perusahaan dalam bentuk dollar AS. Selain itu, pasar ekspor dan hedging valas yang mereka lakukan diharapkan bisa mengatasi kerugian kurs dari beban utang. Asal tahu saja, sampai dengan akhir kuartal III Fajar Surya baru mengantongi pendapatan US$ 3,64 juta, turun ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu US$ 4,15 juta. Jumlah kertas yang diproduksi juga turun dari 1,07 juta ton menjadi 713.000 ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri