KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) mencatatkan kinerja operasional yang kurang memuaskan sepanjang semester I-2020. Terbukti, produksi batubara ADRO turun 4% (yoy) menjadi 27,29 juta ton. Di saat yang sama, volume penjualan batubara ADRO turun 6% (yoy) menjadi 27,13 juta ton. Portofolio penjualan batubara ADRO di semester satu didominasi oleh E4700 dan E4900 yang didukung oleh permintaan yang solid untuk jenis batubara ini. Pasar Asia Tenggara berkontribusi 47% terhadap penjualan batubara ADRO di semester satu dengan Indonesia dan Malaysia sebagai pemilik porsi terbesar. Selain itu, 27% penjualan batubara ADRO ditujukan ke Asia Timur, 14% ke India, 14% ke China, dan 1% ke negara lainnya termasuk Selandia Baru, Pakistan, dan Eropa.
Lebih lanjut, pengupasan lapisan penutup ADRO turun 19% (yoy) menjadi 103,01 juta bank cubic meter (bcm) di semester satu lalu. Hasil tersebut sesuai dengan panduan perusahaan untuk menurunkan nisbah kupas di tahun ini, sedangkan di semester satu lalu nisbah kupas ADRO sebesar 3,77 kali.
Baca Juga: Ramai revisi RKAB, Kementerian ESDM tetap kejar target produksi batubara di 2020 ADRO sebenarnya sempat mencetak kinerja yang solid di kuartal pertama lalu. Namun, kondisi berubah di kuartal kedua seiring musim hujan yang panjang di wilayah operasi. Belum lagi, penurunan permintaan terjadi karena melemahnya ekonomi global akibat karantina wilayah (
lockdown) yang merupakan imbas dari pandemi Covid-19. Alhasil, khusus di kuartal II-2020, produksi dan penjualan batubara ADRO masing-masing mencapai 12,88 juta ton dan 12,74 juta ton atau turun 13% (yoy) dan 17% (yoy). Pengupasan lapisan penutup ADRO di kuartal kedua juga turun 19% (yoy) menjadi 53,25 juta bcm dengan realisasi nisbah kupas sebesar 4,13 kali. “Operasi Adaro Energy terdampak oleh musim hujan berkepanjangan yang berlangsung hingga bulan Juni dengan volume curah hujan dan jam hujan yang lebih tinggi daripada biasanya,” ungkap Manajemen ADRO dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan, Minggu (30/8). Kebijakan
lockdown akibat Covid-19 berdampak terhadap banyak pelanggan ADRO karena permintaan listrik di negara-negara para pelanggan melemah. Selain dampak negatif pandemi, ketidakpastian kebijakan impor di beberapa negara semakin memberikan tekanan terhadap pasar batubara yang memang sudah tidak seimbang.
Baca Juga: Tekanan pasar batubara menggerus kinerja Adaro Energy (ADRO) di semester I-2020 Mengingat kondisi pasar yang sulit, ADRO merevisi beberapa komponen panduannya di tahun 2020 seperti produksi batubara sekitar 52 juta ton—54 juta ton, EBITDA operasional US$ 600 juta—US$ 800 juta, dan belanja modal US$ 200 juta—US$ 250 juta. Adapun panduan nisbah kupah ADRO di tahun 2020 masih dipertahankan sebesar 4,30 kali. Sementara itu, target baru untuk produksi batubara turun sekitar 10% dibandingkan hasil di tahun 2019 yang terutama didorong oleh penurunan produksi batubara termal. “Selain itu, ADRO dapat menentukan skala volume dengan lebih tepat berkat strategi untuk menjual langsung ke pengguna,” sebut Manajemen ADRO. Panduan EBITDA operasional pun disesuaikan untuk mencerminkan penurunan estimasi harga jual rata-rata yang diakibatkan oleh penurunan harga batubara global. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .