Faktor Geopolitik dan Perdagangan Global Membayangi Pertumbuhan Ekonomi RI 2026



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Chief Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengingatkan bahwa kondisi ekonomi global pada 2026 masih menyimpan sejumlah risiko yang perlu diwaspadai karena berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi domestik tahun depan.

Meski demikian, prospek pertumbuhan ekonomi nasional dinilai masih berada pada jalur yang positif.

“Saya melihat bahwa prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2026 mendatang masih akan menunjukkan kinerja yang positif dan solid. Kami memandang bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berada pada rentang 4,9%-5,3% dengan titik tengah pada 5,1%,” ujar Suhindarto kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).


Menurut Suhindarto, relatif lebih tingginya proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan didorong oleh sejumlah faktor, terutama kebijakan fiskal dan moneter yang masih bersifat ekspansif.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diproyeksikan di Kisaran 4,9%–5,3%

Namun demikian, ketidakpastian global yang membayangi sepanjang 2025 diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan dan berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi domestik. 

Suhindarto menilai, risiko utama dari sisi global masih berasal dari faktor geopolitik dan ketidakpastian kebijakan perdagangan internasional.

Ia menjelaskan, dinamika geopolitik global yang sebelumnya banyak dipicu oleh konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur kini mulai bergeser ke persaingan strategis antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

“Fokus persaingan AS–Tiongkok saat ini mulai mengarah pada upaya mengendalikan dominasi rantai pasok komoditas yang berhubungan dengan kepentingan militer dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI),” ujar Suhindarto kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).

Ia menambahkan, meskipun saat ini masih terjadi gencatan senjata dalam kompetisi strategis antara AS dan Tiongkok, kondisi tersebut dinilai masih rapuh dan berpotensi kembali memanas sewaktu-waktu.

Selain risiko geopolitik, Suhindarto juga menyoroti perlambatan pertumbuhan ekonomi global sebagai faktor risiko lainnya. Berdasarkan proyeksi sejumlah lembaga internasional seperti OECD dan IMF, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat pada 2026.

Perlambatan tersebut menurut Suhindarto, terutama dipicu oleh pasar tenaga kerja global yang mulai melonggar, sehingga berpotensi membebani prospek perdagangan internasional ke depan.

“Berkaitan dengan hal tersebut, menurut saya, kewaspadaan kita di Indonesia masih perlu terus dijaga. Volatilitas yang terjadi akibat ketidakpastian global tersebut, bisa saja sewaktu-waktu melonjak dan kemudian dapat mempengaruhi ekonomi kita,” tegasnya.

Suhindarto menjelaskan, dampak ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia berpotensi terjadi melalui dua jalur transmisi utama, yakni perdagangan dan arus modal.

Dari sisi perdagangan, ketidakpastian kebijakan perdagangan global dan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dapat menjadi risiko bagi kinerja ekspor Indonesia serta berpotensi menggerus surplus neraca perdagangan.

Sementara dari sisi arus modal, lonjakan risiko geopolitik dapat mendorong pembalikan arus modal yang selama ini mengalir ke negara berkembang, kembali ke negara maju atau ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman seperti komoditas safe haven.

Jika kondisi tersebut terjadi, Suhindarto menilai nilai tukar akan menjadi variabel yang pertama kali terdampak. Selanjutnya, tekanan tersebut berpotensi menjalar ke berbagai indikator ekonomi lainnya dan mengganggu stabilitas ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: Dasco Minta Koordinasi Penanganan Bencana di Sumatera Diperkuat

Selanjutnya: Besok (31/12) Bursa Saham di BEI Libur, Kapan Dibuka Lagi? Cek Jadwal Resmi

Menarik Dibaca: Promo Celebrate End of The Year Mako Bakery, Ragam Paket Kue Hemat Mulai Rp 57.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News