Faktor non-fundamental berikut ini masih akan menekan kurs rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah di akhir pekan lalu diperkirakan hanya sementara. Ini karena masih banyaknya sentimen non-fundamental yang bakal terus mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda ke depan. 

Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean mengungkapkan, banyak faktor non-fundamental yang telah mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Hampir dari semua faktor tersebut masih mewarnai pergerakan nilai tukar rupiah di periode krisis saat ini. 

Adapun faktor-faktor yang mendominasi pergerakan rupiah, utamanya mengacu pada volatilitas dolar Amerika Serikat (AS) yang dipengaruhi faktor ekonomi dan kondisi market di Negeri Paman Sam tersebut. Selain itu pergerakan mata uang euro dan yuan, dan pergerakan mata uang regional juga turut mendominasi faktor pergerakan rupiah ke saat ini. 


Baca Juga: Kurs rupiah bisa terangkat harga minyak dan arus modal asing

Ditambah lagi, harga minyak dunia yang sempat ambrol ke teritori negatif juga menjadi perhatian pelaku pasar. Disusul juga dengan sentimen pasar yang terkadang bias ke arah cash atau kadang bias ke arah bond atau surat utang. 

"Sehingga, rentang pergerakan nilai tukar rupiah dalam sehari bisa mencapai 100 pips hingga 200 pips, alias sangat lebar," kata Adrian kepada Kontan.co.id, Minggu (27/4). 

Baca Juga: Bujet penanganan wabah corona kurang, BI bisa lakukan quantitative easing

Sementara itu, terkait potensi meningkatnya kebutuhan dolar AS di Mei 2020 untuk bayar dividen dan utang, menurut Adrian bisa saja terjadi ataupun tidak. Apalagi, jika pemilik bisnis merupakan asing, mereka tentunya tetap membutuhkan uang untuk mengatasi masalah perusahaan di kantor pusat, sehingga mereka juga membutuhkan kiriman dividen. "Sulit berandai-andai dalam situasi market dan ekonomi sangat cair seperti sekarang," ujar dia.

Untuk kuartal II-2020, Adrian mengungkapkan bahwa rerata atau quarter average untuk nilai tukar rupiah masih di kisaran Rp 16.500 per dolar AS. Median dan pergerakan mata uang Garuda masih akan ada di kisaran Rp 16.000 per dolar AS. 

Lebih jauh lagi, untuk rerata kuartal III-2020, Adrian memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp 16.000 per dolar AS, untuk kemudian lanjut menguat di kuartal IV-2020 di kisaran Rp 15.750 per dolar AS. "Sehingga, rerata full untuk pergerakan rupiah sepanjang 2020, diprediksi berada di kisaran Rp 15.625 per dolar AS," kata Adrian.

Baca Juga: Likuiditas Meningkat, Pasar Obligasi Mulai Rebound

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Jumat (24/4) rupiah tercatat menguat sebanyak 0,10% ke level Rp 15.400 per dolar AS dibandingkan perdagangan sebelumnya. Sedangkan untuk sepekan, rupiah tercatat menguat 0,42% dari level Jumat (17/4) yakni Rp 15.465 per dolar AS. 

Sementara itu, jika mengacu pada data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, pergerakan rupiah akhir pekan lalu (24/4) tercatat menguat 0,49% ke level Rp 15.553 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya. Sedangkan selama sepekan, Jisdor justru mencatat rupiah melemah 0,32% dari level Rp 15.503 per dolar AS pada Jumat (17/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati