Farmasi menopang kinerja Champion Pacific



JAKARTA. PT Champion Pacific Indonesia Tbk sumringah karena kinerja kuartal I-2014 masih sejalan dengan rencana. Di tiga bulan pertama tahun ini, produsen plastik dan kemasan ini membukukan pendapatan Rp 168,87 miliar. Nilai ini setara 23,26% dari target tahun ini yang sebesar Rp 768 miliar.

Pendapatan di tiga bulan pertama tahun ini juga tumbuh dibandingkan pencapaian di kuartal I-2013 yang sebesar Rp 150,67 miliar. Dus, perusahaan berkode IGAR di Bursa Efek Indonesia tak merevisi target pendapatan tahun ini.

Champion Indonesia mengakui ada dua hal positif yang menunjang kinerja. Pertama, pertumbuhan permintaan dari industri farmasi. "Adanya program jaminan kesehatan nasional turut mendorong penjualan kami," ujar Antonius Muhartoyo, Presiden Direktur Champion Pacific Indonesia, kepada KONTAN, beberapa waktu yang lalu.


Perlu Anda ketahui, secara historikal, mayoritas pendapatan perusahaan ini disumbang oleh penjualan kemasan ke industri farmasi. Untuk periode triwulan I tahun ini saja, sumbangsih penjualan farmasi sebesar Rp 134,53 miliar, setara dengan 79,66%. Sisanya, barulah kontribusi penjualan kemasan non-farmasi. Dari sisi geografis, 95% dijual di pasar domestik dan sisanya dijual ke Filipina.

Kedua, kenaikan harga jual. Champion Indonesia mengakui telah menaikkan harga jual sebesar 15% di sepanjang kuartal I-2014. Perusahaan beralasan, langkah ini merupakan antisipasi terhadap dampak dari kenaikan tarif dasar listrik (TDL) oleh pemerintah, yang telah terealisasi mulai bulan ini.

Hitungan perusahaan, kenaikan TDL mengerek beban produksi antara 2%-3%. "Penaikan harga ini, ya, yang cukup mendongkrak penjualan kami di kuartal I ini," terang Antonius.

Pola penetapan harga dengan klien, kata Antonius menambahkan, berlaku dalam jangka setahun masa kontrak. Oleh karena itu, Champion Indonesia menyatakan akan mempertahankan harga saat ini hingga akhir 2014.

Berangkat dari kinerja kuartal I-2014, Champion Indonesia meyakini bisa meneruskan kinerja positif di kuartal II Toh, "Bisnis obat-obatan tidak akan banyak terpengaruh hal-hal seperti politik dan ekonomi," alasan Antonius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina