Dari dapur rumahnya, Fatmah Bahalwan membagi kepiawaiannya memasak dengan mendirikan Natural Cooking Club (NCC). Ini adalah milis yang menjadi wadah diskusi dan belajar bagi orang yang ingin tahu memasak. Dari sini pula, 300 wirausaha kuliner lahir. Fatmah juga berhasil memberi tambahan penghasilan bagi lingkungan sekitarnya.Fatmah Bahalwan tak pernah menyangka bahwa hobinya memasak bakal melahirkan banyak pelaku bisnis kuliner seperti sekarang. Saat ini, tercatat ada 300 wirausaha kuliner lahir dari milis yang dibuatnya, yakni Natural Cooking Club (NCC). Padahal, awalnya, ia hanya ingin mendongkrak penghasilan keluarga yang saat itu terbilang pas-pasan. Fatmah yang kala itu bekerja di sebuah bank swasta merasa penghasilannya bersama suami tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Krisis ekonomi tahun 2008 makin memperburuk kondisi keuangan ibu tiga anak ini. Bunga pinjaman yang tinggi hingga harga makanan yang naik membuatnya harus memutar otak mencari penghasilan tambahan. Apalagi, "Saya tak ingin menurunkan kualitas hidup," ujar Fatmah yang kala itu belum tahu apa yang harus diperbuat untuk mendongkrak penghasilannya. Ia pun teringat kemampuannya membuat anek panganan, semisal kroket dan lemper. Fatmah mendapat keahlian itu kala masih tinggal di Brebes dan kerap memasak bagi tetangganya yang sedang hajatan. Dia pun bertekad usaha pembuatan kue ini sebagai penopang biaya hidup keluarga. Fatmah bangun jam 04.00 pagi untuk mulai membuat kue dan menjualnya ke rekan-rekan kantor. Kue pertama yang ia jual adalah brownies panggang. "Banyak rekan kantor yang memuji kue saya itu," ujarnya mengenang.Tak lupa, Fatmah berpesan agar teman-temannya kembali membeli kuenya lagi keesokan harinya. Sejak saat itu juga, tiap Jumat, Fatmah berjualan kue tape keju di kantornya. Dia memasang harga sepotong kue Rp 1.000.Biar pesanan terus mengalir, Fatmah gencar mempromosikan usahanya kepada kawan dan kolega, serta tetangga. Bahkan Fatmah memberanikan diri mempromosikan usahanya kepada beberapa penumpang bus saat ia pulang kerja.Keahlian Fatmah membuat kue mulai tenar di kalangan rekan-rekannya. Banyak di antara mereka mulai memesan kue kepada Fatmah. Bahkan berbagai acara dan perayaan di kantornya juga memesan kue darinya.Fatmah mulai kelabakan memenuhi semua pesanan. Dia lantas meminta bantuan para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Dia berbagai hasil penjualan dengan para tetangganya. Lama-kelamaan, dia menikmati usaha barunya itu. "Saya merasa ternyata memasak kue lebih baik dibanding bekerja kantoran," ujarnya mengenang. Apalagi, ia bisa mengerjakannya di rumah sambil mengurus anak-anaknya.Pada Oktober 2004 Fatmah lantas memutuskan keluar dari kantor. Ia ingin fokus terjun ke bisnis masak-memasak dari rumahnya di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Saat itu, ia juga berniat membuka kursus masak di rumahnya. Niat ini muncul lantaran satu peristiwa yang sampai saat ini masih terekam jelas di kepalanya. Pernah satu kali, saat masih bekerja di bank, Fatmah ingin membuat chiffon cake. Ia lantas bertanya ke seorang kawan yang sudah lama dikenalnya. Rupanya si kawan ini tidak mau memberikan resep. Pergilah Fatmah mencari resep chiffon cake sampai di sebuah tempat kursus kue di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Di sana, ia bertemu seorang ibu yang dengan senang hati membagi resep chiffon cake-nya. "Dari situ saya berjanji akan memberitahu segala resep masakan kepada seluruh dunia," tutur Fatmah, mengenang. Atas bantuannya suami Fatmah, Wisnu Ali Martono, Fatmah membuat mailing list (milis) Natural Cooking Club (NCC) pada Januari 2005. Di milis itu. semua anggota bebas berdiskusi tentang masakan, mulai dari resep, cara membuat, alat memasak, hingga tempat murah memperoleh bahan masakan. Di awal berjalan, milis NCC hanya punya empat anggota saja. Adapun kelas kursus masak pertama yang diadakan Fatmah baru diikuti enam orang saja. Namun, seiring dengan waktu, anggota NCC terus bertambah. "Segala info masak yang biasanya dirahasiakan, kami bahas tuntas di milis," ujarnya. Ia pun bersemangat membagi pengalaman memanfaatkan dapur untuk mencetak uang.Sampai saat ini milis NCC sudah memiliki 10.000 anggota. Dari sini pula, Fatmah tak menyangka kalau kemudian lahir wirausaha-wirausaha baru. Fatmah mencatat, ada 300 anggota NCC yang sudah jadi wirausaha makanan, mulai membuka usaha kue, snack, hingga katering masakan.
Fatmah pantang lelah berbagi ilmu pembuatan dan bisnis kue
Dari dapur rumahnya, Fatmah Bahalwan membagi kepiawaiannya memasak dengan mendirikan Natural Cooking Club (NCC). Ini adalah milis yang menjadi wadah diskusi dan belajar bagi orang yang ingin tahu memasak. Dari sini pula, 300 wirausaha kuliner lahir. Fatmah juga berhasil memberi tambahan penghasilan bagi lingkungan sekitarnya.Fatmah Bahalwan tak pernah menyangka bahwa hobinya memasak bakal melahirkan banyak pelaku bisnis kuliner seperti sekarang. Saat ini, tercatat ada 300 wirausaha kuliner lahir dari milis yang dibuatnya, yakni Natural Cooking Club (NCC). Padahal, awalnya, ia hanya ingin mendongkrak penghasilan keluarga yang saat itu terbilang pas-pasan. Fatmah yang kala itu bekerja di sebuah bank swasta merasa penghasilannya bersama suami tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Krisis ekonomi tahun 2008 makin memperburuk kondisi keuangan ibu tiga anak ini. Bunga pinjaman yang tinggi hingga harga makanan yang naik membuatnya harus memutar otak mencari penghasilan tambahan. Apalagi, "Saya tak ingin menurunkan kualitas hidup," ujar Fatmah yang kala itu belum tahu apa yang harus diperbuat untuk mendongkrak penghasilannya. Ia pun teringat kemampuannya membuat anek panganan, semisal kroket dan lemper. Fatmah mendapat keahlian itu kala masih tinggal di Brebes dan kerap memasak bagi tetangganya yang sedang hajatan. Dia pun bertekad usaha pembuatan kue ini sebagai penopang biaya hidup keluarga. Fatmah bangun jam 04.00 pagi untuk mulai membuat kue dan menjualnya ke rekan-rekan kantor. Kue pertama yang ia jual adalah brownies panggang. "Banyak rekan kantor yang memuji kue saya itu," ujarnya mengenang.Tak lupa, Fatmah berpesan agar teman-temannya kembali membeli kuenya lagi keesokan harinya. Sejak saat itu juga, tiap Jumat, Fatmah berjualan kue tape keju di kantornya. Dia memasang harga sepotong kue Rp 1.000.Biar pesanan terus mengalir, Fatmah gencar mempromosikan usahanya kepada kawan dan kolega, serta tetangga. Bahkan Fatmah memberanikan diri mempromosikan usahanya kepada beberapa penumpang bus saat ia pulang kerja.Keahlian Fatmah membuat kue mulai tenar di kalangan rekan-rekannya. Banyak di antara mereka mulai memesan kue kepada Fatmah. Bahkan berbagai acara dan perayaan di kantornya juga memesan kue darinya.Fatmah mulai kelabakan memenuhi semua pesanan. Dia lantas meminta bantuan para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Dia berbagai hasil penjualan dengan para tetangganya. Lama-kelamaan, dia menikmati usaha barunya itu. "Saya merasa ternyata memasak kue lebih baik dibanding bekerja kantoran," ujarnya mengenang. Apalagi, ia bisa mengerjakannya di rumah sambil mengurus anak-anaknya.Pada Oktober 2004 Fatmah lantas memutuskan keluar dari kantor. Ia ingin fokus terjun ke bisnis masak-memasak dari rumahnya di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Saat itu, ia juga berniat membuka kursus masak di rumahnya. Niat ini muncul lantaran satu peristiwa yang sampai saat ini masih terekam jelas di kepalanya. Pernah satu kali, saat masih bekerja di bank, Fatmah ingin membuat chiffon cake. Ia lantas bertanya ke seorang kawan yang sudah lama dikenalnya. Rupanya si kawan ini tidak mau memberikan resep. Pergilah Fatmah mencari resep chiffon cake sampai di sebuah tempat kursus kue di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Di sana, ia bertemu seorang ibu yang dengan senang hati membagi resep chiffon cake-nya. "Dari situ saya berjanji akan memberitahu segala resep masakan kepada seluruh dunia," tutur Fatmah, mengenang. Atas bantuannya suami Fatmah, Wisnu Ali Martono, Fatmah membuat mailing list (milis) Natural Cooking Club (NCC) pada Januari 2005. Di milis itu. semua anggota bebas berdiskusi tentang masakan, mulai dari resep, cara membuat, alat memasak, hingga tempat murah memperoleh bahan masakan. Di awal berjalan, milis NCC hanya punya empat anggota saja. Adapun kelas kursus masak pertama yang diadakan Fatmah baru diikuti enam orang saja. Namun, seiring dengan waktu, anggota NCC terus bertambah. "Segala info masak yang biasanya dirahasiakan, kami bahas tuntas di milis," ujarnya. Ia pun bersemangat membagi pengalaman memanfaatkan dapur untuk mencetak uang.Sampai saat ini milis NCC sudah memiliki 10.000 anggota. Dari sini pula, Fatmah tak menyangka kalau kemudian lahir wirausaha-wirausaha baru. Fatmah mencatat, ada 300 anggota NCC yang sudah jadi wirausaha makanan, mulai membuka usaha kue, snack, hingga katering masakan.