KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan infrastruktur sistem pembayaran, PT Fortress Data Services (FDS) terus memperluas jejaring dan layanan bisnisnya. Bukan hanya menyediakan
core banking system, perusahaan yang terafiliasi dengan PT Data Center Indonesia Tbk (DCII) ini juga memperkuat layanan digital banking seperti
mobile banking, internet banking, virtual account, e-money, termasuk layanan bank devisa. Di segmen
core banking, FDS hingga kini sudah melayani 28 pelanggan. Sebanyak 80% dari jumlah pelanggan tersebut adalah perbankan. Adapun sisanya antara lain bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi hingga perusahaan
financial technology (fintech). "FDS berdiri tahun 2010. Kami awalnya fokus menyediakan
core banking system dengan model
managed service," ungkap Sutjahyo Budiman,
Chief Executive Officer (CEO) Fortress Data Services kepada KONTAN, belum lama ini.
Baca Juga: Begini Upaya Sejumlah Dompet Digital Perangi Aktivitas Judi Online Untuk mengembangkan layanan
core banking system di Indonesia, FDS sejak awal menggandeng Temenos sebagai prinsipal. Temenos merupakan salah satu pemain
core banking utama di dunia. Sutjahyo menyebutkan, ada sejumlah alasan yang melatari FDS memutuskan untuk bermitra dengan Temenos. Pertama, menggandeng perusahaan kelas dunia. FDS ingin meningkatkan daya saing di layanan
core banking dan sistem infrastruktur pembayaran di Indonesia. Maklumlah, perbankan besar di Indonesia rata-rata menjalin kerja sama dengan vendor asing. "Appetite bankir di Indonesia, pasti kalau
core banking ingin lihatnya luar negeri," ucap dia.
Baca Juga: Pemerintah akan Perpanjang Batas Waktu Penempatan Devisa Hasil Ekspor di Dalam Negeri Alasan kedua, Temenos berkomitmen untuk mendukung industri lokal. Mereka bersedia melakukan proses
knowledge transfer. Jika mitra lokal berencana meningkatkan layanan dengan produk sendiri, Temenos terbuka. "Jadi enggak sebentar-sebentar mau melakukan perubahan, mau menambahkan
local enhancement, kita harus ke luar negeri dulu misalnya. Itu pasti akan jadi mahal," imbuh Sutjahyo. Ketiga, Temenos mau melihat Indonesia sebagai market besar secara komunitas. Dari sini, mereka tidak menjual mahal produknya. Pasalnya, pelanggan yang rata-rata kelas menengah akan enggan mendekat jika penawarannya di luar jangkauan. "Dari sisi
pricing, mereka membantu dibandingkan yang lain," tutur Sutjahyo.
Baca Juga: Menilik Dampak Utang Jumbo Perusahaan BUMN Terhadap Kinerja Industri Perbankan Selain
core banking, FDS sejak 2012-2013 sudah menggarap berbagai layanan digital seperti
mobile banking, internet banking, internet banking corporate, virtual account, hingga
e-money. Untuk berbagai layanan ini, FDS mengembangkan produk sendiri alias buatan lokal. FDS mengklaim, banyak pelanggan menjatuhkan pilihan ke mereka lantaran memiliki fitur komplit. "Jadi fiturnya dari ujung ke ujung, yang kita tawarkan juga sudah termasuk
data center," ungkap Sutjahyo. FDS terus bertransformasi. Pada 2010 hanya melayani core banking, di tahun 2012 masuk segmen online banking dan digital banking. Dua tahun kemudian, atau 2014, FDS merambah ke toko-toko ritel dengan layanan e-post banking. Selanjutnya, di tahun 2016 FDS masuk koperasi dan
blockchain. Baca Juga: Dana Kelolaan Bank Kustodian Semakin Merekah Dalam beberapa tahun terakhir, menurut Sutjahyo, perbankan yang menjadi klien FDS berkeinginan memiliki fitur bank devisa. Permintaan layanan bank devisa juga terkait dengan kebijakan pemerintah yang ingin menjaga devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE-SDA) di sistem keuangan dalam negeri. Dengan perkembangan bisnis dan teknologi yang pesat, para investor maupun nasabah tentu ingin membuka rekening dolar AS demi menjangkau lebih banyak peluang. Melalui bank devisa, maka perbankan punya akses untuk membuka rekening dolar AS. "Empat tahun terakhir, sebanyak enam BPD (klien FDS) mengarah ke bank devisa," ucap Sutjahyo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro