JAKARTA. Penurunan ekspor kopi jenis robusta pada Januari lalu, berlanjut hingga Februari. Penurunan ekspor terjadi akibat minimnya pasokan dan belum masuknya musim panen. "Terjadi penurunan karena pasokan kopi turun," kata Muchtar Lutfie, Ketua Penelitian dan Pengembangan, Asosiasi Eksportir Kopi (AEKI) Lampung saat dihubungi KONTAN Jumat (5/3). Menurutnya, belum masuknya musim panen kopi membuat pasokan kopi dari bengkulu, Sumatera Selatan maupun dari Lampung turun sehingga berpengaruh pada kinerja ekspor. Dalam catatan AEKI Lampung, ekspor kopi pada Februari turun 2% menjadi 6.607 metrik ton (MT) senilai US$ 9.412.127,9 dari Januari yang tercatat 6.740 ton. Sehingga secara total, ekspor kopi hingga Februari ini baru mencapai 13.347 ton. Jumlah ini masih lebih rendah jika dibandingkan Desember 2009 yang mencapai 18.9961 ton. Penurunan ekspor kopi itu menurut Lutfi terjadi bukan karena harga kopi tetapi lebih kepada keterbatasan pasokan lantaran petani belum memanen kopinya. Berbeda dengan kondisi akhir tahun 2009 di mana eksportir maupun petani rebutan melepas stok mereka karena ada kekhawatiran harga turun. Dari angka ekspor AEKI, daerah Lampung mampu mengekspor 342.313 ton sepanjang 2009. Jumlah itu naik 12% dibandingkan 2008 yang hanya 303.000 ton. Kenaikan tersebut menurut Muchtar terjadi karena faktor intensifikasi yang dilakukan petani kopi untuk meningkatkan produksinya. “Kalau penambahan lahan tidak ada malah cenderung turun karena ada pengetatan fungsi hutan lindung,” jelas Muchtar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Februari, Ekspor Kopi Belum Berotot
JAKARTA. Penurunan ekspor kopi jenis robusta pada Januari lalu, berlanjut hingga Februari. Penurunan ekspor terjadi akibat minimnya pasokan dan belum masuknya musim panen. "Terjadi penurunan karena pasokan kopi turun," kata Muchtar Lutfie, Ketua Penelitian dan Pengembangan, Asosiasi Eksportir Kopi (AEKI) Lampung saat dihubungi KONTAN Jumat (5/3). Menurutnya, belum masuknya musim panen kopi membuat pasokan kopi dari bengkulu, Sumatera Selatan maupun dari Lampung turun sehingga berpengaruh pada kinerja ekspor. Dalam catatan AEKI Lampung, ekspor kopi pada Februari turun 2% menjadi 6.607 metrik ton (MT) senilai US$ 9.412.127,9 dari Januari yang tercatat 6.740 ton. Sehingga secara total, ekspor kopi hingga Februari ini baru mencapai 13.347 ton. Jumlah ini masih lebih rendah jika dibandingkan Desember 2009 yang mencapai 18.9961 ton. Penurunan ekspor kopi itu menurut Lutfi terjadi bukan karena harga kopi tetapi lebih kepada keterbatasan pasokan lantaran petani belum memanen kopinya. Berbeda dengan kondisi akhir tahun 2009 di mana eksportir maupun petani rebutan melepas stok mereka karena ada kekhawatiran harga turun. Dari angka ekspor AEKI, daerah Lampung mampu mengekspor 342.313 ton sepanjang 2009. Jumlah itu naik 12% dibandingkan 2008 yang hanya 303.000 ton. Kenaikan tersebut menurut Muchtar terjadi karena faktor intensifikasi yang dilakukan petani kopi untuk meningkatkan produksinya. “Kalau penambahan lahan tidak ada malah cenderung turun karena ada pengetatan fungsi hutan lindung,” jelas Muchtar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News