Fed: Harga minyak anjlok memukul perekonomian AS



WASHINGTON. Sejumlah petinggi the Federal Reserve mengemukakan keprihatinan mereka terkait dampak dari anjloknya harga minyak dunia terhadap perekonomian AS. Hal ini tersirat dalam laporan "Beige Book" teranyar bank sentral AS tersebut.

Buku yang berisi tentang review ekonomi AS ini merefleksikan harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Namun, the Fed juga menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi sejumlah distrik.

Penurunan harga minyak dilihat sebagai sebuah keuntungan tersendiri bagi para pelanggan, namun tidak demikian halnya dengan perusahaan energi. The Fed bagian Dallas melaporkan, perusahaan-perusahaan energi di Dallas memproyeksikan pemecatan dan merumahkan karyawan seiring turunnya permintaan minyak sekitar 15% hingga 40%.


Di wilayah Kansas City, aktivitas pengeboran minyak dan belanja modal perusahaan energi diprediksi akan menurun. Sejumlah perusahaan bahkan mengaku sulit mendapatkan kredit perbankan.

Sedangkan di kawasan Atlanta, ada laporan tingginya cadangan minyak.

"Laporan the Fed dari 12 distrik menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi nasional terus tumbuh pada periode pertengahan November hingga akhir Desember. Mayoritas distrik melaporkan pertumbuhan yang stabil atau moderat," jelas the Fed.

Meski demikian, distrik Kansas City melaporkan pertumbuhan yang tipis pada Desember.

Di luar sektor energi, the Fed mencatat penurunan anggaran belanja saat musim libur di kota New York. Hal ini terkonfirmasi dari rilis laporan penjualan ritel yang menunjukkan penurunan 0,9% untuk bulan Desember.

Sisi positifnya, laporan tersebut menunjukkan bahwa the Fed optimistis pertumbuhan ekonomi AS masih akan pesat seiring naiknya tingkat upah dan meningkatnya permintaan kredit.

The Fed sendiri masih tetap mempertahankan target suku bunga yang mendekati nol dalam enam tahun terakhir, yakni sejak krisis finansial melanda di tahun 2008. Pelaku pasar memprediksi the Fed akan segera menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. Padahal, the Fed berulang kali menegaskan, kebijakan suku bunga sangat tergantung pada data ekonomi AS.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie