Fenomena 'Makan Tabungan' Melanda, Berikut Tips Mensiasati dari Perencana Keuangan



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Di tengah tantangan ekonomi yang semakin berat menghantam kelas menengah dan bawah, fenomena "makan tabungan" tidak bisa dihindari. Perencana Keuangan, Aliyah Natasya berbagi strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan keuangan ini.

Makan tabungan sendiri adalah suatu kondisi dimana dana tabungan masyarakat atau nasabah terus tergerus untuk memenuhi kebutuhannya.

Salah satu kiat yang dibagikan oleh Aliyah adalah, memperpanjang waktu pembayaran cicilan bagi masyarakat yang memiliki kewajiban di perbankan atau perusahaan jasa keuangan lainnya, terutama saat tren suku bunga yang diperkirakan akan menurun.


“Apakah utang masih bisa direstrukturisasi? Ini bisa dipertimbangkan lagi mereka yang memiliki KPR," ujar dia saat ditemui di Acara Media Gathering BCA Syariah di Jakarta, Senin (7/10).

Baca Juga: Ingin Racik Ulang Portofolio pada kuartal IV? Simak Rekomendasi Berikut!

Agar fenomena makan tabungan tidak belarut-larut, Aliyah sendiri menyarankan semua pihak untuk tidak hanya bergantung pada tabungan, tetapi juga mengeksplorasi cara-cara baru dalam berinvestasi dan mengelola pengeluaran. Dengan demikian, masyarakat dapat membangun ketahanan finansial yang lebih solid untuk menghadapi masa depan.

“Intinya adalah kita perlu memaksakan diri untuk berhemat dan mencari alternatif lain. Ini bukan akhir, tapi sebuah tantangan yang harus kita hadapi bersama,” ujar dia saat ditemui di Acara Media Gathering BCA Syariah di Jakarta, Senin (7/10).

Menurut Aliyah, menyesuaikan pola pengeluaran kini menjadi hal yang krusial. Misalnya seperti menekan pengeluaran untuk biaya transportasi sehari-hari. Pasalnya, keadaan saat ini memaksa masyarakat untuk berkompromi dan menentukan pengeluaran besar mana yang perlu dipangkas, termasuk dalam hal manajemen utang. 

Aliyah juga bilang, saat ekonomi melemah, menabung atau berinvestasi akan terasa sulit, namun setiap orang bisa memulai dengan langkah kecil. Sebaliknya hal ini lebih mudah dilakukan saat situasi ekonomi stabil, dimana Aliyah menyarankan agar menyisihkan setidaknya 5% dari penghasilan ketika kondisi mulai membaik.

Baca Juga: Trik Racik Ulang Portofolio Jelang Pemangkasan Suku Bunga dan Pergantian Presiden

"Jika belum bisa menabung atau berinvestasi secara besar-besaran, tidak masalah. Mulailah dengan menyisihkan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per bulan. Dengan memulai investasi dari yang kecil, kita bisa membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang lebih baik," kata dia.

Aliyah pun merekomendasikan beberapa instrumen investasi yang dapat diakses dengan mudah. Salah satunya adalah reksadana, yang bisa dimulai dengan investasi minimal sekitar Rp 50 ribu. Selain itu, ia juga menyoroti kemudahan berinvestasi emas melalui platform digital, di mana pengguna bisa membeli emas saat bertransaksi, menjadikannya opsi yang praktis.

Saat ini dia menilai penting untuk mengedukasi masyarakat tentang opsi investasi yang dapat diakses, termasuk investasi kecil seperti reksadana atau emas. Karena, dengan strategi yang tepat, masyarakat dapat menghadapi tantangan ekonomi sambil tetap membangun masa depan finansial yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih