KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para
trader pasar modal yang kecanduan berinvestasi dengan skema
prop trading di dunia semakin banyak. Bagi
trader generasi milenial dan gen Z, meski harus berhadapan dengan pertaruhan yang berisiko tinggi, semuanya menjadi layak lantaran ada potensi mendapat cuan besar dari aksi ini. Sekadar informasi,
prop trading adalah cara
trading di pasar modal di mana
trader tidak memakai dana milik sendiri, tapi memakai dana dari perusahaan keuangan. Cara kerjanya,
trader mendaftar dan membeli akun di perusahaan penyedia layanan
prop trading. Akun yang dibeli bukan sembarang akun. Akun tersebut merupakan akun tantangan. Nah, si
trader harus mengerjakan tantangan terlebih dulu, untuk membuktikan kemampuannya melakukan
trading dan menghasilkan keuntungan.
Kalau terbukti mampu dan lulus dalam tantangan, barulah perusahaan penyedia
prop trading memberikan akun sesungguhnya plus dana ke si
trader. Nilainya lumayan. Bisa US$ 5.000 atau bahkan ratusan ribu dolar.
Baca Juga: Polusi Udara di New Delhi Makin Parah, Mencapai Tingkat Terburuk Selama Musim Dingin Trader tersebut boleh mempergunakan dana tersebut sesuka hati untuk investasi apapun. Kalau si
trader sukses menggandakan uang yang diberikan, perusahaan
prop trading akan mengambil bagian dari keuntungan yang didapat, sekitar 10%-20%. Sisanya bisa disimpan
trader. Sementara kalau
trader boncos, akunnya akan ditutup dan dana ditarik. Biasanya, perusahaan juga mematok tingkat kerugian yang bisa ditanggung. Tahun ini, seiring kenaikan harga saham di sejumlah bursa dunia,
prop trading makin populer.
Business Insider melaporkan, pencarian kata
prop firm di Google AS naik 85% setahun terakhir. Sementara pencarian kata
prop trading naik 139% di periode yang sama.
Baca Juga: J.P. Morgan Terbitkan Utang di Blockchain Solana, Babak Baru Adopsi Aset Digital Menurut riset perusahaan analisis ZipDo, jumlah
prop trader aktif meningkat 25% di tiga tahun terakhir. Nilai industri
prop trading kini diprediksi mencapai US$ 12 miliar. Rerata usia
trader sekitar 29 tahun. Tapi, tiga dari empat
trader tidak bisa menghasilkan keuntungan berkelanjutan. Topstep, salah satu perusahaan penyedia layanan
prop trading, mengatakan 12,4%
trader berhasil mendapat pendanaan di 2024 silam. Artinya, para
trader ini lolos dalam tantangan. Dari jumlah yang mendapat pendanaan tersebut, 28,3% berhasil mendapat pembayaran. Artinya, mereka berhasil mencetak keuntungan. Perusahaan
prop trading Apex Trader Funding menuturkan, terjadi pertumbuhan tinggi di
prop trading dalam tiga tahun terakhir. Sementara jumlah pembayaran ke
trader yang mencetak untung naik enam kali lipat setahun terakhir. "Saya kira
prop trading jadi sangat terkenal karena
word of mouth," kata Dan Cook,
Chief Strategy Officer Apex Trader Funding, kepada
Business Insider, Minggu (14/12).
Baca Juga: Disney Investasi US$1 Miliar di OpenAI dan Berikan Lisensi Karakter untuk AI Sora Kini, banyak
trader yang mengaku sulit meninggalkan
prop trading. Tengok saja cerita Ricky Saldana, seorang
trader berusia 29 tahun yang berbasis di New York. Saldana pertama kali mendengar tentang
prop trading pada 2021. Ia menganggap hal ini sebagai peluang yang fantastis. Ketika Saldana menerima akun dan pendanaan
prop trading untuk pertama kali, dia sangat gembira. Tapi kondisi dengan cepat berbalik. Saldana mengenang, dia membuat beberapa taruhan buruk sehingga mengalami rugi besar. Atau, kalau memakai istilah para
prop trader, Saldana menghancurkan akunnya. Alhasil, akun Saldana ditutup.
Baca Juga: Warren Buffett Lengser, Berkshire Hathaway Lakukan Perombakan Besar-besaran Toh, Saldana tidak menyerah, ia terus mencoba membuat akun baru. Ia memperkirakan telah membayar sekitar US$ 10.000 untuk membuka akun
prop baru selama bertahun-tahun. Saldana mengaku tidak mampu dan tidak mau berhenti melakukan
prop trading. Alasannya, ia merasa prospek kebebasan finansial sudah di depan mata. "US$ 2.000 masuk ke akun Anda dan yang Anda lakukan hanyalah menekan sebuah tombol," kata dia kepada
Business Insider Daniel Inskeep, seorang
trader berusia 37 tahun yang berbasis di Chicago, serta Joseph Katumba, seorang
trader berusia 32 tahun yang berbasis di Uni Emirat Arab, juga mengatakan hal serupa.
Baca Juga: Amazon Umumkan Investasi US$ 35 Miliar di India Inskeep mengaku telah menghancurkan banyak akun. Ia memperkirakan telah menghabiskan sekitar US$ 10.000 untuk membuka akun di perusahaan
prop trading selama beberapa tahun terakhir. Saat ini, pada dasarnya, Inskeep malah merugi. Tapi, dia tetap bertahan. “Tidak ada yang lebih baik dibanding duduk santai di rumah dengan celana training dan menghasilkan uang hanya dengan beberapa klik,” kata dia.
Sementara Katumba telah mengalami kerugian besar pada dua akun yang didanai. Dia mengatakan telah menghabiskan sekitar US$ 7.000 untuk biaya perusahaan
prop trading selama beberapa tahun terakhir. Tapi kini ia sudah menghasilkan keuntungan. Katumba kini sedang dalam proses mendapatkan pendanaan untuk akun baru. "Ini adalah sebuah peluang, dan sangat sulit bagi orang untuk menemukan peluang seperti itu," kata Katumba