KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan bahwa industri modal ventura perlu mewaspadai dan mengantisipasi adanya fenomena
tech winter yang dapat mempengaruhi kinerja pada tahun ini Sebagai informasi,
tech winter dimengerti adalah fenomena yang kerap ditemui di perusahaan
start-up. Kondisi itu dapat diartikan sebagai suatu periode penurunan investasi teknologi dan aktivitas bisnis yang berkepanjangan dan signifikan. Meski begitu, OJK tetap optimistis penyertaan atau pembiayaan industri modal ventura masih akan tetap terjaga ke depannya. Walaupun
outstanding pembiayaan modal ventura secara general turun 8,65% pada akhir 2024.
Menanggapi hal ini, Venture Partner Init-6 Ventures, Rexi Christopher mengatakan bahwa di tahun 2025, Init-6 Ventures masih aktif dalam mencari potensi target
investee atau perusahaan yang akan diberikan pendanaan. “Dengan keadaan
market seperti ini, dan fenomena
tech winter yang diprediksi masih berlangsung, kami melakukan
adjustment dalam metode investasi kami sehingga kami lebih selektif dalam melakukan investasi,” kata Rexi kepada Kontan, Rabu (5/3).
Baca Juga: OJK: Industri Modal Ventura Perlu Antisipasi Fenomena Tech Winter Rexi menuturkan bahwa Init-6 tidak hanya mengutamakan pertumbuhan dari perusahaan yang akan diberikan pendanaan, tetapi juga dibarengi dengan fundamental bisnis yang baik sehingga perusahaan dapat
sustain atau berkelanjutan dan menjadi perusahaan yang
resilient. Sedangkan untuk pertumbuhan portfolio Init-6 Ventures sendiri, Rexi bilang pihaknya sangat puas dengan inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh para
founders portfolio perusahaan untuk menjaga
sustainability bisnis mereka. “Mayoritas portfolio kami telah mencapai
profitability dan memiliki
runaway yang panjang,” kata dia. Lebih lanjut, Rexi mengatakan dengan kondisi pasar yang masih bergejolak, Init-6 Ventures selalu menekankan kepada portfolionya untuk mengantisipasi situasi ini dengan merubah
mindset mereka untuk segera fokus ke
profitability dan
sustainability perusahaan. “Kita mengingatkan bahwa investasi dari investor baru akan sangat sulit dan apabila terjadi akan memakan waktu yang sangat panjang. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk tidak
dependent terhadap investasi baru,” ujarnya. Menurutnya, perusahaan
startup yang ingin diberikan pendanaan, mereka harus dapat
self sustaindengan fundamental bisnis yang baik, sehingga pada saat
market membaik, mereka akan menjadi target investasi yang menarik untuk investor luar karena sudah terbukti memiliki
resiliency dalam berbisnis. Adapun untuk strategi yang akan dilakukan Init-6 Ventures agar kinerja tetap tumbuh di tahun ini yaitu, Rexi bilang, dengan terus memantau potensi-potensi untuk melakukan investasi baru. Selain itu, Init-6 Ventures juga akan terus memastikan portfolio terus bertumbuh secara positif dan terus menjaga
profitability perusahaan. “Sehingga setelah
market membaik dan kepercayaan investor terhadap ekosistem startup Indonesia kembali, portfolio kami akan menjadi target investasi yang menarik untuk investor luar, baik regional ataupun global,” jelasnya. Sementara itu, Rexi mengatakan bahwa Init-6 Ventures memberikan pendanaan ke sektor agnostic, di mana hanya ada beberapa sektor yang perusahaan rasa memiliki potensi besar untuk difokuskan pada tahun ini seperti,
consumer, healthcare dan
fintech. Ia menerangkan, berkat investasi yang dilakukan pada sektor
consumer, fintech, healtcare hingga
fintech, perseroan sudah mengantongi hasil maksimal. Ia menargetkan
internal rate of return atau IRR untuk tiap perusahaan yang disuntik bisa mencapai kisaran 30%. “Sejauh ini kita sudah investasi totalnya sekitar 20 juta USD,” imbuhnya.
Baca Juga: OJK Catat Pembiayaan Modal Ventura per Januari 2025 Sebesar Rp 15,81 Triliun Selaras dengan hal ini, PT BNI Modal Ventura atau BNI Ventures (BNV) mengatakan bahwa fenomena
tech winter masih menjadi tantangan hingga saat ini. CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro menyebut fenomena
tech winter hingga ketidakpastian kondisi ekonomi makro masih akan membayangi industri ke depannya. Untuk mengantisipasi tantangan tersebut, Eddi menyatakan BNI Ventures akan menerapkan sejumlah strategi jitu. Dia bilang salah satu langkahnya, yaitu BNI Ventures akan lebih selektif dalam melakukan investasi ke perusahaan-perusahaan. Selain itu, dia menuturkan bahwa BNI Ventures akan berfokus ke calon
investees (perusahaan yang menerima penyertaan modal dari perusahaan modal ventura) yang memiliki model bisnis
sustainable atau berkelanjutan. “Untuk perusahaan belum mencetak profit, BNI Ventures akan selektif memberikan pendanaan kepada perusahaan yang dinilai memiliki rencana bisnis yang jelas dalam meraih profitabilitas,” kata Eddi kepada Kontan, Rabu (5/4). Tak hanya itu, Eddi menerangkan bahwa BNI Ventures juga akan berupaya menekankan perlunya
co-investment dengan investor lain. Ditambah terus mengawal adanya sinergi antara calon
investee dengan bisnis unit di BNI Group. Eddi memproyeksi bisnis modal ventura pada tahun 2025 akan dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, termasuk tren teknologi, kebijakan ekonomi, dan dinamika
market startup dan/ UMKM. Oleh karena itu, menurut dia rencana pelaku industri yang harus dilakukan untuk menjaga momentum positif dan menggenjot kinerja pada tahun ini yaitu, PMV/S di Indonesia perlu mengambil langkah strategis yang mencakup inovasi, kolaborasi, dan mitigasi risiko yang lebih baik lagi. “Sementara itu, saya melihat nature pembiayaan oleh PMV/S tetap akan menyasar kepada sektor-sektor yang dianggap memiliki potensi pertumbuhan tinggi dan peluang pasar besar, contohnya sektor teknologi dan digital,
fintech, healthtech, edtech, greentech, agritech, foodtech dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Ini 5 Startup yang Masuk Program Zenith Akselerator MCI Tahun 2025 Alasan dari sektor-sektor di atas, Eddi bilang yaitu karena PMV/S umumnya mencari sektor yang memiliki pasar besar dan berkembang pesat, berbasis teknologi dan inovasi, dapat memberikan solusi terhadap masalah nyata di masyarakat serta didukung oleh tren global atau lokal, seperti transformasi digital, urbanisasi, dan keberlanjutan lingkungan. Dia juga menilai, jika ketidakpastian ekonomi global tetap berlanjut, maka hal ini akan menjadi tantangan yang menghambat industri modal ventura di tahun ini. Selain itu, faktor tantangan ekonomi domestik pun ikut mempengaruhi juga, khususnya jika suku bunga tinggi terjadi maka pertumbuhan bisnis startup dan/ UMKM akan terhambat serta menurunkan minat investasi pada modal ventura, karena investor lebih memilih instrumen yang lebih aman.
“Meski begitu, kami tetap yakin tren positif ini memiliki peluang besar untuk berlanjut, sejalan dengan dukungan pertumbuhan ekosistem startup dan/ UMKM yang sehat, kebijakan yang kondusif, dan optimisme ekonomi. Kami juga yakin kinerja BNI Ventures masih akan tumbuh di tahun 2025,” tandasnya. Dalam rangka mengembangkan dan menguatkan industri modal ventura, OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 25 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Usaha PMV dan PMV Syariah. Adapun POJK itu bertujuan agar perusahaan modal ventura dapat lebih fokus dalam menjalankan kegiatan usaha berdasarkan kategori usaha Venture Capital Corporation (VCC) atau Venture Debt Corporation (VDC). Selain itu, adanya Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Modal Ventura 2024-2028 juga diharapkan menjadi panduan arah pengembangan dan penguatan industri modal ventura, termasuk peningkatan nilai penyertaan/pembiayaan PMV dan PMV Syariah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News