Fetty Kwartati: Kadung jatuh cinta pada properti



JAKARTA. Memilih instrumen investasi harus yang bersifat likuid. Begitulah prinsip berinvestasi ala Fetty Kwartati, corporate secretary sekaligus investor relation PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Oleh sebab itu, Fetty memilih sektor properti sebagai investasi andalannya.

Tugasnya sebagai seorang corporate secretary, membuat Fetty kerap melakukan perjalanan bisnis. Secara tidak langsung itu juga mendukung minat Fetty dalam berinvestasi pada properti. Sebab, ia menjadi banyak tahu lokasi-lokasi properti potensial.

Investasi di tanah dan bangunan memang memikat  Fetty sejak awal mula berinvestasi. Kala itu, saat baru menikah, Fetty bersama suaminya memikirkan istrumen investasi yang tepat untuk masa depan  keluarga. Sebelum menikah, Fetty sama sekali tidak berpikir untuk mengelola dana. Penghasilan yang diperoleh hanya disimpan dalam bentuk  tabungan.


Pilihan Fetty akhirnya jatuh pada properti karena nilainya cenderung meningkat. Bahkan, jika dibandingkan dengan jenis investasi lain seperti deposito,  profit yang dihasilkan bisa jauh lebih tinggi. Perhitungan Fetty, jika deposito bisa memberi untung 5%-6% per tahun, properti bisa lebih dari itu asal lokasinya  bagus. "Saya lihat jarang properti yang harganya tetap atau berkurang," ujar wanita berambut pendek ini.

Sifat properti yang likuid memang menjadi faktor penting buat dia. Dana yang disimpan dalam instrumen investasi jangan hanya aman dan bisa menghasilkan return maksimal, melainkan harus gampang diuangkan.  Berdasarkan pengalaman dia, menjual properti cukup mudah. Apalagi, lokasinya berada  di kota besar seperti Jakarta.

Tapi, untuk objek investasi yang lebih likuid, Fetty lebih suka dengan tanah kosong karena paling cepat laku jika dijual kembali. Sehingga, balik modal akan lebih cepat. "Berdasarkan pengalaman saya, kalau ada rumah atau bangunannya lebih susah. Pembeli harus suka dengan rumahnya, cocok dengan modelnya dan banyak  hal lain," ujar ibu dua anak ini.

Untung hingga 50%

Selain tanah dan landed house, ia juga gemar berinvestasi pada bangunan seperti ruko dan apartemen. Jika dikalkulasi, investasi Fetty di lahan dan properti mencapai  75% dari total investasi yang ia miliki. Sementara sisanya terbagi antara deposito dan tabungan. Saat ini, lahan dan propertinya tersebar di beberapa wilayah seperti Tangerang, Cikarang, Jakarta, Jawa Tengah dan Bali.

Pilihan instrumen di properti ternyata tidak salah. Kata Fetty, investasi di sektor ini sangat menguntungkan. Hanya dalam jangka waktu dua hingga lima tahun, keuntungan yang  bisa ia peroleh bisa mencapai 20%-50%.

Lantaran sudah jatuh cinta dengan properti, Fetty tidak tertarik investasi non riil seperti  saham, obligasi atau pasar uang, seski, untung yang dijanjikan cukup menjanjikan. Ia mengaku, tidak punya waktu mengawasi investasi pasar keuangan itu.

Terlebih, lingkungan kerja Fetty juga kurang mendukung. Hampir tidak ada rekan seprofesinya yang berinvestasi non riil.  Dia pun memposisiskan  dirinya sebagai investor yang konservatif. Sehingga, berinvestasi di properti dia anggap yang paling cocok.

Agar profit yang diperoleh bisa lebih maksimal, Fetty tak ragu  masuk dari penawaran perdana atau launching sebuah properti seperti ruko atau  apartemen. Keuntungan yang diperoleh bisa berlipat-lipat karena pada penawaran perdana harga biasanya jauh lebih murah. Memang, risiko juga lebih besar karena ia belum melihat bangunannya.

Namun, agar lebih yakin, Fetty juga menyeleksi pengembang properti yang  menjadi sasaran investasinya.  "Sejauh ini sih tidak pernah ada masalah," tuturnya.                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini