FIFA kecewa atas kualitas stadion Sao Paulo



SAO PAULO. Badan sepakbola dunia, FIFA, terus memantau persiapan Piala Dunia 2014 di Brasil. Kali ini, FIFA menyoroti kesiapan stadion penyelenggara Piala Dunia.

FIFA meminta ada ujicoba yang kedua kali atas stadion Sao Paulo atau Corinthians Arena. Ini adalah stadion yang akan menjadi penyelenggara partai pembukaan Piala Dunia 2014 antara tuan rumah Brasil melawan Kroasia, pada 12 Juni nanti.

Otoritas sepakbola dunia menjadwal ulang ujicoba lantaran stadion tersebut gagal memenuhi standard sebagai penyelenggara pertandingan sepakbola dalam ujicoba pertamanya.


Proses konstruksi stadion Sao Paulo menelan dana sekitar R$ 820 juta  atau setara US$ 370 juta. Otoritas Brasil menggeber renovasi stadion untuk mengejar tenggat waktu Piala Dunia 2014.

Selama proses konstruksi stadion Sao Paulo, sedikitnya tiga pekerja tewas. "Sangat penting, bahwa seluruh fasilitas akan diujicoba dalam kondisi pertandingan penuh, termasuk penggunaan kursi sementara dan fasilitas  lain," ujar FIFA.

Fasilitas tambahan ini, menurut FIFA, tidak tersedia dalam ujicoba pertama yang berlangsung 19 Mei lalu.

Proses renovasi stadion Sao Paulo diperkirakan tidak rampung hingga penyelenggaraan Piala Dunia berlangsung. Beberapa fans akan basah kuyup selama hujan lebat karena proses konstruksi bagian atap stadion diprediksi tidak akan selesai sampai Piala Dunia berakhir pada 13 Juli nanti.

Stadion yang menjadi markas klub lokal Corinthians dan Figueirense ini berkapasitas sebanyak 68.000 tempat duduk selama Piala Dunia. Jumlah itu termasuk 20.000 kursi tambahan yang sengaja dipasang untuk turnamen sepakbola paling akbar sedunia.

FIFA menyatakan, federasi sepakbola Brasil (CBF) akan menjadwal ulang pertandingan sepakbola lokal untuk menarik minat lebih 50.000 penonton agar datang ke stadion Sao Paulo.

Selain di dalam stadion, otoritas masih sibuk merampungkan fasilitas di luar stadion Sao Paulo. Stadion ini akan menjadi tuan rumah enam pertandingan Piala Dunia, termasuk partai semifinal pada 9 Juli.

Editor: Sandy Baskoro