JAKARTA. Senyum bioskop tanah air masih lebar. Sejak penyumbatnya dibuka, aliran pasokan film asing lancar jaya. Tak hanya judul baru, judul lama juga tidak ketinggalan mengisi jadwal bioskop. Ini berbeda dengan kondisi sebelum Idul Fitri 2011 tatkala importasi film dikekang. Tony Arief, Direktur Promosi dan Media PT Nusantara Sejahtera Raya (21 Cineplex) bilang bioskopnya bisa memutar 2-3 judul film asing baru setiap pekan. Contohnya The Smurf, bertahan tiga pekan. Kalau baru banget dan judulnya besar, bisa bertahan 1,5 bulan. Misalnya Harry Potter ataupun Transformer. Film-film itu datang dari Motion Picture Association of Amerika (MPAA). Yaitu Warner Bross dan Disney. Film-film yang masuk sekarang, kata Tony, bertahan tidak selama sewaktu keran importasi baru saja dibuka. Apalagi kala itu judul film popular masuk bertubi-tubi. "Waktu itu kan euforia banget, makanya satu judul bisa hampir dua bulan," kata Tony kepada KONTAN, Jumat (4/11). Dia mengakui sejumlah judul juga tidak bertahan lama karena angka penonton cepat surut. Alasannya, tak sabar dengan judul baru. Kendati begitu sekarang masyarakat sudah nyaman. Maksudnya, pecinta film yakin bisa menonton film karena pasokannya pasti ada. Juga, tidak perlu menguber sampai ke Singapura atau Australia. "Bayangkan selama ini remaja harus ke mana untuk mendapat hiburan?" tanyanya. Pengelola juga terus memasok film asing karena pasokan film lokal minim. Pekan depan Cineplex memutar The Adventure of Tintin. Tony bilang, film tersebut sudah lulus sensor. Dengan duplikasi 40-an copy film, perusahaan optimistis kisah petualangan jurnalis itu bisa bertahan lebih sebulan di 118 bioskop Cineplex. Sekadar informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 Tahun 2011 tentang Bea Masuk berupa produk film, importir membayar Rp 21.450 per menit. Selanjutnya, importir memasok ke pengelola bioskop dan ditayangkan di layar bioskop. Kedua pihak meraup hasil imbang alias 50:50. Seperti ditulis KONTAN, Cineplex mengalami penurunan omzet sampai 50% pada rentang setengah tahun pertama. Kini, penguasa layar perak itu perlahan-lahan memulihkan pendapatan. "Dulu pas susah saja bisa survive, apalagi sekarang," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Film asing kuasai bioskop Indonesia
JAKARTA. Senyum bioskop tanah air masih lebar. Sejak penyumbatnya dibuka, aliran pasokan film asing lancar jaya. Tak hanya judul baru, judul lama juga tidak ketinggalan mengisi jadwal bioskop. Ini berbeda dengan kondisi sebelum Idul Fitri 2011 tatkala importasi film dikekang. Tony Arief, Direktur Promosi dan Media PT Nusantara Sejahtera Raya (21 Cineplex) bilang bioskopnya bisa memutar 2-3 judul film asing baru setiap pekan. Contohnya The Smurf, bertahan tiga pekan. Kalau baru banget dan judulnya besar, bisa bertahan 1,5 bulan. Misalnya Harry Potter ataupun Transformer. Film-film itu datang dari Motion Picture Association of Amerika (MPAA). Yaitu Warner Bross dan Disney. Film-film yang masuk sekarang, kata Tony, bertahan tidak selama sewaktu keran importasi baru saja dibuka. Apalagi kala itu judul film popular masuk bertubi-tubi. "Waktu itu kan euforia banget, makanya satu judul bisa hampir dua bulan," kata Tony kepada KONTAN, Jumat (4/11). Dia mengakui sejumlah judul juga tidak bertahan lama karena angka penonton cepat surut. Alasannya, tak sabar dengan judul baru. Kendati begitu sekarang masyarakat sudah nyaman. Maksudnya, pecinta film yakin bisa menonton film karena pasokannya pasti ada. Juga, tidak perlu menguber sampai ke Singapura atau Australia. "Bayangkan selama ini remaja harus ke mana untuk mendapat hiburan?" tanyanya. Pengelola juga terus memasok film asing karena pasokan film lokal minim. Pekan depan Cineplex memutar The Adventure of Tintin. Tony bilang, film tersebut sudah lulus sensor. Dengan duplikasi 40-an copy film, perusahaan optimistis kisah petualangan jurnalis itu bisa bertahan lebih sebulan di 118 bioskop Cineplex. Sekadar informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 Tahun 2011 tentang Bea Masuk berupa produk film, importir membayar Rp 21.450 per menit. Selanjutnya, importir memasok ke pengelola bioskop dan ditayangkan di layar bioskop. Kedua pihak meraup hasil imbang alias 50:50. Seperti ditulis KONTAN, Cineplex mengalami penurunan omzet sampai 50% pada rentang setengah tahun pertama. Kini, penguasa layar perak itu perlahan-lahan memulihkan pendapatan. "Dulu pas susah saja bisa survive, apalagi sekarang," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News