Fintech bersiap menggenjot penyaluran pinjaman menjelang Ramadan dan Lebaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan fintech peer to peer lending  bersiap memanfaatkan bulan Ramadan dan Lebaran untuk menggenjot penyaluran pinjaman. Permintaan pinjaman di momen tersebut diperkirakan akan sama seperti tahun lalu.

Co Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menilai, permintaan dana saat momen seperti ini pasti tinggi. Ini lantaran pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempersiapkan diri memenuhi kebutuhan permintaan dari konsumen yang biasanya meningkat saat Ramadan maupun Hari Raya.

"Iya biasanya menjelang akan cukup banyak. Tahun lalu ada kenaikan pinjaman menjelang bulan Ramadan. Untuk persentasenya kurang tahu ya. Tapi April lalu ada peningkatan cukup tinggi dibanding Maret," ujar Reynold Wijaya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/5).


Modalku telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 5,86 triliun ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Khusus ke UMKM di Indonesia, penyaluran pinjaman mencapai Rp 3,5 triliun. Jumlah tersebut terhitung sejak Modalku beroperasi pada Januari 2016.

Pada kuartal I 2019, Modalku telah menyalurkan 359.654 pinjaman di Asia Tenggara dengan tingkat default (gagal bayar) 0,71%. Sedangkan pada kuartal IV 2018, Modalku menyalurkan 85.547 pinjaman dengan dengan tingkat gagal bayar sebesar 0,74%

Non perfoming loan (NPL) Modalku hingga saat ini berada di angka 0,83%. Angka tersebut total keseluruhan pinjaman yang telah disalurkan melalui platform Modalku dan Funding Societies di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Angka tersebut masih stabil hingga saat ini.

Adapun strategi Modalku ke depan untuk menekan NPL yakni dengan melakukan responsible lending. Untuk target pembiayaan hingga semester I 2019, Reynold menyatakan tidak ada strategi khusus. Namun ia berharap menjelang bulan suci Ramadan, Modalku bisa menjaga momentum.

Berbeda dengan Modalku, menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini, volume pinjaman Akselaran diprediksi malah akan turun. "Untuk Akseleran, berhubung kami main di pinjaman usaha (UKM), tidak terlalu banyak efek puasa dan Lebaran. Tahun lalu juga begitu. Justru mendekati Lebaran dan selama libur Lebaran, volume pinjaman akan turun karena usaha-usaha juga libur," kata CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Tambunan, kepada Kontan.co.id, Rabu (1/5).

Akseleran telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 400 miliar ke usaha kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia hingga kuartal I 2019. Secara kumulatif, khusus di kuartal I 2019 total dana yang disalurkan sekitar Rp 170 miliar.

Di kuartal I 2019, Akseleran juga telah mencapai 200 pinjaman dengan tingkat NPL di akhir Maret 2019 sebesar 0,37%, turun dari 0,44% di Februari 2019. Namun, di bulan April 2019, NPL meningkat menjadi 0,8%.

Kenaikan terjadi karena ada satu pinjaman cukup besar yang menjadi NPL di akhir April 2019 lalu. Namun demikian Akseleran telah mengambil upaya yang diperlukan bersama debitur terkait, dan targetnya dalam satu bulan-dua bulan ke depan, NPL Akseleran akan turun lagi ke angka sekitar 0,5% dari total penyaluran pinjaman.

Untuk menekan NPL, Akseleran akan melakukan assesment kredit yang ketat, collection strategy yang efektif, dan penggunaan asuransi kredit. Tahun ini, Akseleran menargetkan pembiayaan sebesar Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun.

Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede mengatakan, tahun lalu sebelum bulan puasa atau Mei 2018, jumlah akumulasi penyaluran pinjaman fintech meningkat 13,65%. Lalu, selama bulan puasa atau Juni 2018, jumlah akumulasi penyaluran pinjaman meningkat 24,03%. Setelah puasa atau Juli 2018, penyaluran pinjaman fintech meningkat 20,55%.

"Untuk tahun ini 2019, kami memperkirakan kenaikannya melebihi dari tahun lalu seiring bertambahnya jumlah penyelenggara peer to peer (P2P) lending P2P dan meningkatnya pemahaman masyarakat ttg kehadiran platform P2P," kata Tumbur kepada Kontan.co.id, Rabu (1/5).

Tahun lalu, total penyaluran pinjaman fintech lending sekitar Rp 20 triliun. Untuk tahun 2019, Tumbur menargetkan tumbuh dua kali lipat menjadi sekitar Rp 40 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat